Resensi Novel Remaja
“Gue suka cewek lo”
Judul
Buku : Dia, Tanpa
Aku
Penulis :
Esti Kinasih
Penerbit
: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan :
II, Februari 2008
Tebal
Buku : 280 Halaman
Novel
ini mengisahkan tentang nasib Ronald, kelas SMA 2 yang sudah lama naksir Citra
anak kelas 3 SMP. Tapi Ronald belum mau PDKT. Ia menunggu sampai Citra masuk
SMA, karena itu ia hanya dapat mengamatinya dari jauh. Saat yang
ditunggu-tunggu Ronald tiba, Citra masuk SMA. Namun Ronald kecewa ternyata
Citra masuk SMA yang sama dengan adiknya Reinald, sekelas pula. Keinginan dan
harapan Ronald untuk mendekati citra tak pernah terwujud, ia kecelakaan dan
tewas di tempat, ketika ingin berkenalan langsung ke rumah Citra.
INGIN TAU CERITA SELANJUTNYA.....
INGIN TAU CERITA SELANJUTNYA.....
Reinald
menganggap Citralah penyebab kematian kakaknya. Keduanya kemudian kerap
bertengkar tanpa Citra tahu pasti alasannya. Sikap Ronald berubah drastis ketika
Citra memutuskan mengacuhkannya. Kini Reinald berada di posisi yang sama
seperti Ronald dulu. Ia hanya dapat mengamati Citra, tetapi Citra sama sekali
menghiraukannya. Dan akhirnya Reinald tak lagi ingin menjaga Citra demi
almarhum Ronald, tetapi karena dirinya sendiri. Dan itu membuat Ronald kembali
dengan sosok yang abstrak. Kembalinya Ronald hanya ingin memyampaikan suatu hal
kepada Reinald, yaitu menitipkan Citra kepada adik yang sangat disayanginya.
Itulah isi novel Esti Kinasih yang ditulis awal tahun 2008.
Pembaca dihadapkan pada kenyataan tentang cinta dan kematian yang tidak dapat
ditolak. Seseorang Ronald yang menanti-nanti pujaan hatinya akan tumbuh dewasa
dan menjadi miliknya tak kunjung jua, karena maut yang lebih cepat
menjemputnya. Dan akhirnya, Reinald sang adik yang dicintainya yang
mendapatkannya. Novel ini berakhir dengan restu dari Ronald sang kakak.
Cinta
dan kasih sayang, adalah hal yang paling melekat dalam novel ini. Sebuah dialog
dari Ronald kepada Citra dan Reinald. (hal. 270)
“Kenapa gebetan lo itu lo kasih ke adik lo?” Citra bertanya.
(….)
“Karena gue udah nggak bisa jaga dia”, Jawab “Ronald” (….)
“Soalnya gue harus pergi” (….) “ke tempat cewek itu nggak bisa nyusul”(….)
Keheningan yang membuat tubuh Reinald menggigil hebat. (….) “nggak usah merasa
bersalah gitu. Dari pada tuh cewek gue bawa ke sini. Mendingan dia sama elo”.
(….) “Gue sayang elo, titip cewek itu, ya?”
Ronald yang menyerahkan cintanya kepada sang adik demi
kebahagiaan keduanya, karena ia paham betul cinta itu tidak harus memiliki dan
rela melepas cintanya demi sang adik yang sangat disayanginya. Cinta dan kasih
sayang, suatu hal yang tidak pernah luput dari remaja. Sekitar 90% remaja
menyukai tema tersebut. Kasih sayang dan kerinduan dari sebuah keluarga juga
sangat kental dalam novel ini.
Bukan hanya cinta yang dibahas dalam novel ini. Maut yang tidak
pernah diketahui datangnya juga dibahas dalam novel ini. Pertanyaan-pertanyaan
tanpa jawaban yang bermunculan dalam pikiran Andika. (hal. 82-83)
Tidakkah mereka, orang-orang yang sudah “pergi” itu, juga
merasakan kepedihan yang sama? Apakah mereka juga tetap mengingat dan menyimpan
semua kenangan? (…) Apakah mereka juga berusaha menembus bagian yang terputus
itu? (…) Berusaha menggapai kembali orang-orang yang mereka cinta. (…) Sama
seperti orang-orang yang masih hidup, yang mereka tinggalkan, berusaha terus
“mencari” dan “menghidupkan kembali” mereka yang telah pergi. (….) Kemana
perginya jiwa-jiwa yang lepas dari badan?
Kematian yang tak diduga kedatangannya membuat impian Ronald
sirna. Kematian menjadi masalah menarik dalam novel ini, karena remaja sekarang
banyak yang telah melupakan bahwa kematian pasti akan datang kepada siapa saja.
Remaja sekarang lebih banyak memikirkan duniawi dari pada akhirat. Hal-hal
mistik yang jarang sekali menjumpai remaja saat ini, justru dalam novel ini
dihadirkan hal-hal mistik yang kerap menjumpai orang-orang terdekat yang baru
kehilangan seseorang. Ini sebuah tingkat imajinasi penulis yang sangat tinggi.
Penulis menghadirkan hal mistik kepada pembaca untuk memberitahukan bahwa orang
yang telah meninggal, jiwanya tidak akan pernah mati.
Masalah yang dibicarakan dalam novel ini sudah akrab di telinga
remaja saat ini, tentang persahabatan yang sempurna. Humor yang tinggi, membuat
buku ini enak dibaca. Tokoh-tokoh dalam novel ini juga rata-rata remaja, maka
Novel ini sangat meremaja dan dibuat memang untuk kalangan remaja. Kita juga
akan kagum dengan bahasa yang dipakai, mudah dicerna, dan mengalir secara
teratur, sehingga pembaca tidak terlalu banyak menghabiskan waktu untuk
berfikir. Banyaknya pelajaran yang dapat dipetik dari novel ini menjadikan
novel ini bagus untuk bahan bacaan, khususnya para remaja untuk meningkatkan
pengetahuannya. Novel ini dapat mengantarkan pembacanya untuk berpengetahuan
lebih luas lagi tentang cinta dan pengorbanan, bahwa cinta tak harus memiliki.
Tentang kematian, bahwa maut datang kapan saja dan di mana saja.
Kekurangan dalam novel ini adalah banyaknya pengetikan yang
salah. Novel ini belum dapat dikatakan karya sastra, menyangkut keindahan
bahasa yang belum terlihat dalam novel ini. Namun novel ini sangat bagus untuk
dibaca, khususnya remaja, karena masalah yang dibicarakan dalam novel ini juga
sudah akrab di telinga remaja dan kerap dijumpai remaja saat ini. Mulai dari
penantian yang tak terbalas, pengorbanan cinta, benci jadi cinta, dan
sebagainya.
0 komentar:
Posting Komentar