Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Pages

Minggu, 16 Juni 2013

ETIKA HINDU DALAM NĪTI SĀSTRA







BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang
          Seorang yang memiliki kemampuan untuk menyatukan berbagai pandangan yang berbeda disebut pemimpin. Seorang pemimpin perlu memiliki seni untuk memimpin orang-orang, seni tersebut sering disebut dengan istilah kepemimpinan. Banyak orang bisa menjadi pimpinan, tetapi tidak banyak di anatara yang bersangkutan bisa menjadi pemimpin karena yang bersangkutan harus memahami dan mengerti tentang kepemimpinan. 
                  Jika dikaitkan dengan fenomena sebuah aktivitas-aktivitas keagamaan/ Yadnya di tengah-tengah kehidupan umat Hindu baik secara Individu (personal) maupun dalam kebersamaan, kelembagaan umat  (komunal) tidak sedikit yang masih belum memahami tentang apa itu pemimpin dan kepemimpinan, tidak sedikit pula orang sudah memahami tetapi belum atau tidak mau untuk mengaktualisasikannya, bahkan yang paling parah adalah sudah memahami tetapi malah mengabaikan dan justru mencari-cari kesalahan untuk merusak sistem yang telah disepakati.
                  Tentunya untuk masalah yang satu  ini jangan dibiarkan mencapai titik klimaks yang dapat menghancurkan kebersamaan kita dalam membangun Hindu yang lebih besar dan berkualitas dalam kontek beragama kebersamaan. Dalam makalah ini akan dipaparkan mengenai etika hindu mengenai ilmu  kepemimpinan dalam ajaran Nīti Sāstra.

1.2       Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1.2.1   Apa pengertian kepemimpinan menurut Hindu dan Nīti Sāstra ?
1.2.2   Bagaimana konsep-konsep kepemimpinan Hindu dalam Nīti Sāstra ?
1.2.3   Apa saja syarat dan sifat-sifat kepemimpinan menurut Hindu ?


1.3       Tujuan                                                                                                           
            Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan sebagai berikut :
1.3.1    Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan menurut Hindu dan Nīti Sāstra
1.3.2    Untuk mengetahui dan memahami konsep-konsep kepemimpinan Hindu dalam Nīti Sāstra
                        1.3.3    Untuk mengetahui syarat dan sifat-sifat kepemimpinan Hindu
                       
1.4       Manfaat
Manfaat yang didapat dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.4.1    Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi masyarakat luas khususnya masyarakat Hindu, untuk mengetahui dan memahami tentang konsep-konsep kepemimpinan Hindu dalam Nīti Sāstra dan syarat serta sifat-sifat kepemimpinan Hindu.
1.4.2.   Dapat menjadi informasi berharga bagi para penulis dan pembaca guna menciptakan tulisan yang lebih bermanfaat untuk mengetahui seluk beluk tentang apa yang ada hubungannya dengan perihal Nīti Sāstra dalam  ruang lingkup Kepemimpinan.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Kepemimpinan Hindu dan Nīti Sāstra
            2.1.1    Pengertian Kepemimpinan
            Pemimpin adalah orang yang memimpin dan diberikan mandat oleh sekelompok orang untuk dijadikan panutan dan mampu bekerja sama dan mempunyai kemampuan dalam menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan Kepemimpinan adalah sekumpulan kemampuan yang dimiliki seorang pemimpin baik berupa kepribadian, sifat dan wibawa yang merupakan seni dalam menggerakkan orang lain untuk mengikuti perintah dan tugas yang diberikan dalam mencapai tujuan bersama, tanpa ada unsur paksaan. Atau dengan kata lain kepemimpinan juga dapat diartikan sebagai sistem mengkoordinasikan, kemampuan mengadakan perencanaan, kemampuan menggerakkan dan mengadakan pengawasan.
2.1.2    Pengertian Nīti Sāstra
                        Kitab atau susastra Hindu yang banyak mengulas tentang konsep-konsep kepemimpinan termasuk etika dan moral di dalamnya disebut dengan kitab “Nīti Sāstra”. Kata ini berasal dari Kata Sanskerta “Niti” yang berarti bimbingan, dukungan, bijaksana, kebijakan, etika. Sedangkan “sastra“ berarti perintah, ajaran, nasihat, aturan, teori, dan tulisan ilmiah. Berdasarkan uraian di atas, maka kata Nīti Sāstra berarti ajaran pemimpin. Dengan demikian ruang lingkup Nīti Sāstra tentu sangat luas mencakup pula etika, moralitas, sopan santun dan sebagainya. Dari pemahaman etimologi tersebut maka “Nīti Sāstra” dapat diartikan sebagai keseluruhan sastra yang memberikan ketentuan, bimbingan, arahan bagi umat manusia dalam berbagai aspek kehidupan agar menjadi lebih teratur, terarah, dan lebih baik dengan berlandaskan pada nilai-nilai moral Agama Hindu.  
                        Untuk memahami kepemimpinan Hindu atau kepemimpinan yang universal, seseorang dianjurkan untuk mempelajari Nīti Sāstra. Mengingat, pengetahuan dan pemahaman sejarah/ konsep pemikiran Hindu (Nīti Sāstra) di bidang Politik, ketatanegaraan, ekonomi, dan hukum yang masih relevan sampai kini. Konsep-konsep tersebut adalah sumber penting yang memberi kontribusi perkembangan konsep-konsep selanjutnya  di India, Asia bahkan dunia. Adapun kontribusi Nīti Sāstra dalam peradaban global antara lain :
Ø  Pemikiran dalam Nīti Sāstra dapat memberi masukan penting berupa konsep dan nilai positif dalam pengembangan, pembaharuan, penyusunan kembali konsep-konsep politik, ketatanegaraan, ekonomi, peraturan hukum era kini.
Ø  Usaha menggali, mengangkat nilai-nilai Hindu sebagai sumbangan Hindu dalam percaturan dunia keilmuan. Paradigma sosial bahwa politik itu kotor dapat hilang.

2.2       Konsep-konsep Kepemimpinan Hindu
                        Kepemimpinan Hindu bersumber dari kitab suci Weda dan diajarkan oleh para orang-orang suci. Kepemimpinan Hindu juga banyak mengacu pada tatanan alam semesta yang merupakan ciptaan dari Tuhan Yang Maha Esa.
                        Adapun konsep-konsep Kepemimpinan Hindu yang banyak diajarkan dalam sastra dan susastra-nya antara lain : Sad Warnaning Rajaniti, Catur Kotamaning Nrpati, Tri Upaya Sandi, Pañca Upaya Sandi, Asta Brata, Nawa Natya, Pañca Dasa Paramiteng Prabhu, Sad Upaya Guna, Pañca Satya dan lain-lain. Berikut ini rincian dari konsep-konsep kepemimpinan Hindu.
1.                    Sad Warnaning Rajaniti
Sad Warnaning Rajaniti atau Sad Sasana adalah enam sifat utama dan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang raja. Konsep ini ditulis Candra Prkash Bhambari dalam buku “Substance of Hindu Politiy”. Adapun bagian-bagian Sad Warnaning Rajaniti ini adalah :
Ø  Abhigamika, artinya seorang raja atau pemimpin harus mampu menarik perhatian positif dari rakyatnya.
Ø  Prajña, artinya seorang raja atau pemimpin harus bijaksana.
Ø  Utsaha, artinya seorang raja atau pemimpin harus memiliki daya kreatif yang tinggi.
Ø  Atma Sampad, artinya seorang raja atau pemimpin harus bermoral yang luhur.
Ø  Sakya samanta, artinya seorang raja atau pemimpin harus mampu mengontrol bawahannya dan sekaligus memperbaiki hal-hal yang dianggap kurang baik.
Ø  Aksudra Parisatka, artinya seorang raja atau pemimpin harus mampu memimpin sidang para menterinya dan dapat menarik kesimpulan yang bijaksana sehingga diterima oleh semua pihak yang mempunyai pandangan yang berbeda-beda.
2.     Catur Kotamaning Nrpati
    Catur Kotamaning Nrpati merupakan konsep kepemimpinan Hindu pada jaman Majapahit sebagaimana ditulis oleh M. Yamin dalam buku “Tata Negara Majapahit”.  Catur Kotamaning Nrpati adalah empat syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Adapun keempat syarat utama tersebut adalah :
·       Jñana Wisesa Suddha, artinya raja atau pemimpin harus memiliki pengetahuan yang luhur dan suci. Dalam hal ini ia harus memahami kitab suci atau ajaran agama (agama agëming aji).
·       Kaprahitaning Praja, artinya raja atau pemimpin harus menunjukkan belas kasihnya kepada rakyatnya. Raja yang mencintai rakyatnya akan dicintai pula oleh rakyatnya. Hal ini sebagaimana perumpamaan singa (raja hutan) dan hutan dalam Kakawin Niti Sastra I.10 berikut ini : Singa adalah penjaga hutan, akan tetapi juga selalu dijaga oleh hutan. Jika singa dengan hutan berselisih, mereka marah, lalu singa itu meninggalkan hutan. Hutannya dirusak binasakan orang, pohon-pohonnya ditebangi sampai menjadi terang, singa yang lari bersembunyi dalam curah, di tengah-tengah ladang, diserbu dan dibinasanakan.
·       Kawiryan, artinya seorang raja atau pemimpin harus berwatak pemberani dalam menegakkan kebenaran dan keadilan berdasarkan pengetahuan suci yang dimilikinya sebagainya disebutkan pada syarat sebelumnya.
·       Wibawa, artinya seorang raja atau pemimpin harus berwibawa terhadap bawahan dan rakyatnya. Raja yang berwibawa akan disegani oleh rakyat dan bawahannya.
3.     Tri Upaya Sandhi
Di dalam Lontar Raja Pati Gundala disebutkan bahwa, seorang pemimpin harus memiliki tiga  upaya agar dapat menghubungkan diri dengan rakyatnya. Adapun bagian-bagian Tri Upaya Sandi adalah :
§  Rupa, artinya seorang raja atau pemimpin harus mengamati wajah dari para rakyatnya. Dengan begitu ia akan tahu apakah rakyatnya sedang dalam kesusahan atau tidak.
§  Wangsa, artinya seorang raja atau pemimpin harus mengetahui susunan masyarakat (stratifikasi sosial) agar dapat menentukan pendekatan apa yang harus digunakan.
§  Guna, artinya seorang raja atau pemimpin harus mengetahui tingkat peradaban atau kepandaian dari rakyatnya sehingga ia bisa mengetahui apa yang diperlukan oleh rakyatnya.
4.     Pañca Upaya Sandhi
Dalam Lontar Siwa Buddha Gama Tattwa disebutkan ada lima tahapan upaya yang harus dilakukan oleh seorang raja dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang menjadi tanggung jawab raja. Adapun bagian-bagian dari Pañca Upaya Sandi ini adalah :
o   Maya, artinya seorang pemimpin perlu melakukan upaya dalam mengumpulkan data atau permasalahan yang masih belum jelas duduk perkaranya (maya).
o   Upeksa, artinya seorang pemimpin harus meneliti dan menganalisis semua data-data tersebut dan mengkodifikasikan secara profesional dan proporsional.
o   Indra Jala, artinya seorang pemimpin harus bisa mencarikan jalan keluar dalam memecahkan persoalan yang dihadapi sesuai dengan hasil analisisnya tadi.
o   Wikrama, artinya seorang pemimpin harus melaksanakan semua upaya penyelesaian dengan baik sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
o   Logika, artinya seorang pemimpin harus mengedepankan pertimbangan-pertimbangan logis dalam menindak lanjuti penyelesaian permasalahan yang telah ditetapkan.
5.     Asta Brata
Asta Brata adalah ajaran kepemimpinan yang diberikan oleh Sri Rama kepada Gunawan Wibhisana sebelum ia memegang tampuk kepemimpinan Alengka Pura pasca kemenangan Sri Rama melawan keangkaramurkaan Rawana. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Pustaka Suci Manu Smrti IX.303. Asta Brata ini merupakan delapan landasan sikap mental bagi seorang pemimpin. Adapun delapan bagian Asta Brata tersebut adalah :
ü  Indra Brata, kepemimpinan bagaikan Dewa Indra atau Dewa Hujan; Di mana hujan itu berasal dari air laut yang menguap. Dengan demikian seorang pemimpin berasal dari rakyat harus kembali mengabdi untuk rakyat.
ü  Yama Brata, kepemimpinan yang bisa menegakkan keadilan tanpa pandang bulu bagaikan Sang Hyang Yamadipati yang mengadili Sang Suratma.
ü  Surya Brata, kepemimpinan yang mampu memberikan penerangan kepada warganya bagaikan Sang Surya yang menyinari dunia.
ü  Candra Brata, mengandung maksud pemimpin hendaknya mempunyai tingkah laku yang lemah lembut atau menyejukkan bagaikan Sang Candra yang bersinar di malam hari.
ü  Bayu Brata,  mengandung maksud pemimpin harus mengetahui pikiran atau kehendak (bayu) rakyat dan memberikan angin segar untuk para kawula alit atau wong cilik sebagimana sifat Sang Bayu yang berhembus dari daerah yang bertekanan tinggi ke rendah.
ü  Baruna Brata, mengandung maksud pemimpin harus dapat menanggulangi kejahatan atau peyakit masyarakat yang timbul sebagaimana Sang Hyang Baruna membersihkan segala bentuk kotoran di laut.  
ü  Agni Brata, mengandung maksud pemimpin harus bisa mengatasi musuh yang datang dan membakarnya sampai habis bagaikan Sang Hyang Agni.
ü  Kwera atau Prthiwi Brata, mengandung maksud seorang pemimpin harus selalu memikirkan kesejahteraan rakyatnya sebagaimana bumi memberikan kesejahteraan bagi umat manusia dan bisa menghemat dana sehemat-hematnya seperti Sang Hyang Kwera dalam menata kesejahteraan di kahyangan.
6.     Nawa Natya
Dalam Lontar Jawa Kuno yang berjudul “Nawa Natya” dijelaskan bahwa ada sembilan kriteria yang harus diperhatikan oleh seorang pemimpin dalam memilih para pembantunya. Adapun kesembilan kriteria itu adalah :
·       Prajña Nidagda (bijaksana dan teguh pendiriannya).
·       Wira Sarwa Yudha (pemberani dan pantang menyerah dalam setiap medan perang)
·       Paramartha (bersifat mulia dan luhur)
·       Dhirotsaha (tekun dan ulet dalam setiap pekerjaan)
·       Wragi Wakya (pandai berbicara atau berdiplomasi)
·       Samaupaya (selalu setia pada janji)
·       Lagawangartha (tidak pamrih pada harta benda)
·       Wruh Ring Sarwa Bastra (bisa mengatasi segala kerusuhan)
·       Wiweka (dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk)
7.   Pañca Dasa Pramiteng Prabhu
     Dalam Lontar Negara Kertagama, Rakawi Prapañca menuliskan keutamaan sifat-sifat Gajah Mada sebagai Maha Patih Kerajaan Majapahit. Sifat-sifat utama itu pula yang menghantarkan Majapahit mencapai puncak kejayaannya. Sifat-sifat utama tersebut ada 15 yang disebut sebagai Pañca Dasa Pramiteng Prabhu. Adapun kelima belas bagian dari Pañca Dasa Pramiteng Prabhu tersebut adalah :
§  Wijayana (bijaksana dalam setiap masalah)
§  Mantri Wira (pemberani dalam membela negara)
§  Wicaksananengnaya (sangat bijaksana dalam memimpin)
§  Natanggwan (dipercaya oleh rakyat dan negaranya)
§  Satya Bhakti Prabhu (selalu setia dan taat pada atasan)
§  Wagmiwak (Pandai bicara dan berdiplomasi)
§  Sarjawa Upasama (sabar dan rendah hati)
§  Dhirotsaha (teguh hati dalam setiap usaha)
§  Teulelana (teguh iman dan optimistis)
§  Tan Satrsna (tidak terlihat pada kepentingan golongan atau pribadi)
§  Dibyacita (lapang dada dan toleransi)
§  Nayakken Musuh (mampu membersihkan musuh-musuh negara)
§  Masihi Samasta Bawana (menyayangi isi alam)
§  Sumantri (menjadi abdi negara yang baik)
§  Gineng Pratigina (senantiasa berbuat baik dan menghindari pebuatan buruk)
8.    Sad Upaya Guna
       Dalam Lontar Rajapati Gondala dijelaskan ada enam upaya yang harus dilakukan oleh seorang raja dalam memimpin negara. Keenam upaya ini disebut juga sebagai Sad Upaya Guna. Adapun keenam upaya tersebut adalah : Siddhi (kemampuan bersahabat); Wigrha (memecahkan setiap persoalan); Wibawa (menjaga kewibawaan); Winarya (cakap dalam memimpin); Gascarya (mampu menghadapi lawan yang kuat) dan Stanha (menjaga hubungan baik). Dalam lontar yang sama disebutkan pula ada 10 macam orang yang bisa dijadikan sahabat oleh Pemimpin. Kesepuluh macam tersebut adalah orang yang :
a.      Satya (jujur)
b.     Arya (orang besar/mulia)
c.      Dharma (baik)
d.     Asurya (dapat mengalahkan musuh)
e.      Mantri (bisa mengabdi dengan baik)
f.      Salya Tawan (banyak kawannya)
g.     Bali (kuat dan sakti)
h.     Kaparamarthan (mempunyai visi yang jelas)
i.       Kadiran (tetap pendiriannya)
j.       Guna (banyak ilmunya)
9.    Pañca Satya
       Selain upaya, sifat dan kriteria sebagaimana yang telah disebutkan di atas, masih ada satu lagi landasan bagi pemimpin Hindu dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Landasan ini ada lima yang dikenal sebagai Pañca Satya. Lima Satya ini harus dijadikan sebagai landasan bagi seorang pemimpin Hindu di manapun dia berada. Kelima landasan itu adalah :
a.      Satya Hrdaya (jujur terhadap diri sendiri / setia dalam hati)
b.     Satya Wacana (jujur dalam perkataan / setia dalam ucapan)
c.      Satya Samaya (setia pada janji)
d.     Satya Mitra (setia pada sahabat)
e.      Satya Laksana (jujur dalam perbuatan)
Kelima ini juga harus dijadikan pedoman dalam hidupnya. Sehingga ia akan menjadi seorang pemimpin yang hebat, berwibawa, disegani dan sebagainya. Tingkat keberhasilan dari seorang pemimpin dalam memimpin itu sendiri ditentukan oleh dua faktor, yaitu : faktor usaha manusia (Manusa atau jangkunging manungsa) dan faktor kehendak Tuhan (Daiwa atau jangkaning Dewa). Sementara tingkat keberhasilannya bisa berupa penurunan (Ksaya), tetap atau stabil (Sthana) dan peningkatan atau kemajuan (Vrddhi).

2.3       Syarat dan Sifat Kepemimpinan Hindu
            2.3.1    Syarat Seorang Pemimpin
                        Syarat seorang pemimpin selalu dihubungkan dengan tiga hal yaitu : kekuasaan, kewibawaan dan kemampuan. Kekuasaan yaitu kekuatan, otoritas dan legalitas dalam mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu. Kewibawaan adalah kelebihan, keunggulan, keutamaan sehingga bawahan patuh pada pimpinan dalam melakukan sesuatu. Kemampuan adalah segala daya kesanggupan, kecakapan dan keterampilan teknis atau sosial yang melebihi bawahannya, yaitu : kelebihan dalam menggunakan rasio / pemikiran, kelebihan rohaniah dan kelebihan badaniah.
                        Selain ketiga hal itu, pemimpin juga harus memiliki dan memenuhi syarat-syarat yaitu : memiliki intelegensi yang tinggi yang memungkinkan dalam pengambilan keputusan secara tepat dan cepat, memiliki karakter yang jujur, sungguh-sungguh dan percaya pada bawahan.

            2.3.2    Sifat-sifat Seorang Pemimpin
                        Sifat dan sikap yang dimiliki seorang pemimpin merupakan penentu berhasil atau tidaknya seorang pemimpin dalam menjalankan roda pemerintahan. Sifat dan sikap yang dimiliki oleh pemimpin dapat disempurnakan dengan mendalami, mempedomani, dan mengamalkan ajaran-ajaran serta berbagai ilmu pengetahuan yang dipelajari.
          Pada umumnya sifat-sifat yang harus dimiliki untuk berhasil melaksanakan kepemimpinannya yaitu :
a.   Memiliki energi jasmaniah dan mental yang luar biasa dan tidak pernah habis (daya tahan, keuletan, semangat juang, disiplin, sabar)
b.   Kesadaran akan tujuan yang ingin dicapainya dan arah yang harus dia lalui.
c.   Antusiasme (semangat, kegairahan, kegembiraan, ) dan optimis.
d.   Keramahan dan kecintaan.
e.   Integritas (kejujuran, tulus hati merasa utuh bersatu dan sejiwa dengan bawahannya.
f.    Memiliki penguasaan kemahiran dalam teknis tertentu.
g.   Ketegasan dalam mengambil keputusan serta memiliki kecerdasan
h.   Keterampilan dalam menuntun, mendidik, mengarahkan serta mendorong dan menggerakan bawahannya untuk melaksanakan tugas.
i.    Kepercayaan pada bawahannya.
Demikianlah sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin agar dapat memimpin masyarakatnya dengan baik sehingga tercapai tujuan bangsa dan Negara yang dipimpinnya.












BAB III
PENUTUP

3.1       Simpulan
        Berdasarkan pembahasan di atas, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
a.        Pemimpin adalah orang yang memimpin dan diberikan mandat oleh sekelompok orang untuk dijadikan panutan dan mampu bekerja sama dan mempunyai kemampuan dalam menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan adalah sekumpulan kemampuan yang dimiliki seseorang baik berupa kepribadian, sifat dan wibawa yang merupakan seni dalam menggerakkan orang lain untuk mengikuti perintah dan tugas yang diberikan dalam mencapai tujuan bersama, tanpa ada unsur paksaan.
b.        Konsep-konsep kepemimpinan menurut ajaran Agama Hindu yang banyak diajarkan dalam sastra dan susastra-nya antara lain : Sad Warnaning Rajaniti, Catur Kotamaning Nrpati, Tri Upaya Sandi, Pañca Upaya Sandi, Asta Brata, Nawa Natya, Pañca Dasa Paramiteng Prabhu, Sad Upaya Guna, Pañca Satya dan lain-lain.
c.        Syarat seorang pemimpin selalu dihubungkan dengan tiga hal yaitu : kekuasaan, kewiwabaan dan kemampuan. Selain itu seorang pemimpin juga harus memiliki intelegensi yang tinggi yang memungkinkan dalam pengambilan keputusan secara tepat dan cepat, memiliki karakter yang jujur, sungguh-sungguh dan percaya pada bawahan.
d.        Sifat yang diperlukan dalam kepemimpinan yaitu : rendah hati, jujur, suka menolong, sabar, dan percaya diri.

3.2       Saran
3.2.1    Diharapkan agar masyarakat dapat memahami maksud dari makalah ini dan bisa menambah pengetahuan dan wawasan tentang memahami tentang konsep-konsep kepemimpinan Hindu dalam Nīti Sāstra dan syarat serta sifat-sifat kepemimpinan Hindu.
3.2.2    Diharapkan bagi penulis lain untuk mencari referensi yang lebih relevan sebagai bahan dalam pembuatan makalah guna menciptakan tulisan yang lebih bermanfaat mengenai mengetahui seluk beluk tentang apa yang ada hubungannya dengan perihal Nīti Sāstra dalam  ruang lingkup Kepemimpinan.



























DAFTAR PUSTAKA


http://tudeputra.blogspot.com/2012/11/kepemimpinan-menurut-hindu.html
http://romonadha.wordpress.com/2011/10/04/kepemimpinan-hindu/
http://berbagifile22.blogspot.com/2012/10/makalah-kepemimpinan-menurut-hindu_3681.html
http://congkodok.blogspot.com/2013/03/makalah-Niti Sastra.html




















                                                                                                                     

0 komentar:

Posting Komentar

DRAFT KU