BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seorang yang memiliki
kemampuan untuk menyatukan berbagai pandangan yang berbeda disebut pemimpin.
Seorang pemimpin perlu memiliki seni untuk memimpin orang-orang, seni tersebut
sering disebut dengan istilah kepemimpinan.
Banyak orang bisa menjadi pimpinan, tetapi tidak banyak di anatara yang
bersangkutan bisa menjadi pemimpin karena yang bersangkutan harus memahami dan
mengerti tentang kepemimpinan.
Jika
dikaitkan dengan fenomena sebuah aktivitas-aktivitas keagamaan/ Yadnya di
tengah-tengah kehidupan umat Hindu baik secara Individu (personal)
maupun dalam kebersamaan, kelembagaan umat (komunal) tidak sedikit
yang masih belum memahami tentang apa itu pemimpin dan kepemimpinan, tidak
sedikit pula orang sudah memahami tetapi belum atau tidak mau untuk
mengaktualisasikannya, bahkan yang paling parah adalah sudah memahami tetapi
malah mengabaikan dan justru mencari-cari kesalahan untuk merusak sistem yang
telah disepakati.
Tentunya
untuk masalah yang satu ini jangan dibiarkan mencapai titik klimaks yang
dapat menghancurkan kebersamaan kita dalam membangun Hindu yang lebih besar dan
berkualitas dalam kontek beragama kebersamaan. Dalam makalah ini akan
dipaparkan mengenai etika hindu mengenai ilmu
kepemimpinan dalam ajaran Nīti Sāstra.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai
berikut :
1.2.1 Apa
pengertian kepemimpinan menurut Hindu dan Nīti Sāstra ?
1.2.2 Bagaimana konsep-konsep kepemimpinan Hindu
dalam Nīti Sāstra ?
1.2.3 Apa saja syarat dan sifat-sifat kepemimpinan
menurut Hindu ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan sebagai berikut :
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan menurut
Hindu dan Nīti Sāstra
1.3.2 Untuk mengetahui dan memahami konsep-konsep
kepemimpinan Hindu dalam Nīti
Sāstra
1.3.3 Untuk mengetahui syarat dan sifat-sifat
kepemimpinan Hindu
1.4 Manfaat
Manfaat yang didapat dari makalah ini
adalah sebagai berikut:
1.4.1 Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi
masyarakat luas khususnya
masyarakat Hindu, untuk mengetahui dan memahami tentang konsep-konsep kepemimpinan Hindu dalam Nīti Sāstra dan syarat serta sifat-sifat kepemimpinan Hindu.
1.4.2. Dapat menjadi informasi berharga bagi para
penulis dan pembaca guna menciptakan tulisan yang lebih bermanfaat untuk mengetahui
seluk beluk tentang apa
yang ada hubungannya dengan perihal Nīti
Sāstra dalam ruang lingkup Kepemimpinan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kepemimpinan Hindu dan Nīti Sāstra
2.1.1 Pengertian Kepemimpinan
Pemimpin adalah orang yang memimpin
dan diberikan mandat oleh sekelompok orang untuk dijadikan panutan dan mampu
bekerja sama dan mempunyai kemampuan dalam menggerakkan orang lain untuk mencapai
tujuan bersama. Sedangkan Kepemimpinan adalah sekumpulan kemampuan yang
dimiliki seorang pemimpin baik berupa kepribadian, sifat dan wibawa yang
merupakan seni dalam menggerakkan orang lain untuk mengikuti perintah dan tugas
yang diberikan dalam mencapai tujuan bersama, tanpa ada unsur paksaan. Atau
dengan kata lain kepemimpinan juga dapat diartikan sebagai sistem
mengkoordinasikan, kemampuan mengadakan perencanaan, kemampuan menggerakkan dan
mengadakan pengawasan.
2.1.2 Pengertian Nīti
Sāstra
Kitab atau
susastra Hindu yang banyak mengulas tentang konsep-konsep kepemimpinan termasuk
etika dan moral di dalamnya disebut dengan kitab “Nīti Sāstra”. Kata ini berasal dari Kata Sanskerta “Niti”
yang berarti bimbingan, dukungan, bijaksana, kebijakan, etika. Sedangkan “sastra“ berarti perintah, ajaran,
nasihat, aturan, teori, dan tulisan ilmiah. Berdasarkan uraian di atas, maka
kata Nīti Sāstra berarti ajaran
pemimpin. Dengan demikian ruang lingkup Nīti
Sāstra tentu sangat luas mencakup pula etika, moralitas, sopan santun dan
sebagainya. Dari pemahaman etimologi tersebut maka “Nīti Sāstra” dapat diartikan sebagai keseluruhan sastra yang
memberikan ketentuan, bimbingan, arahan bagi umat manusia dalam berbagai aspek
kehidupan agar menjadi lebih teratur, terarah, dan lebih baik dengan
berlandaskan pada nilai-nilai
moral Agama Hindu.
Untuk
memahami kepemimpinan Hindu atau kepemimpinan yang universal, seseorang
dianjurkan untuk mempelajari Nīti Sāstra.
Mengingat, pengetahuan dan pemahaman sejarah/ konsep pemikiran Hindu (Nīti Sāstra) di bidang Politik,
ketatanegaraan, ekonomi, dan hukum yang masih relevan sampai kini.
Konsep-konsep tersebut adalah sumber penting yang memberi kontribusi
perkembangan konsep-konsep selanjutnya di India, Asia bahkan dunia.
Adapun kontribusi Nīti Sāstra dalam
peradaban global antara lain :
Ø Pemikiran
dalam Nīti Sāstra dapat memberi
masukan penting berupa konsep dan nilai positif dalam pengembangan,
pembaharuan, penyusunan kembali konsep-konsep politik, ketatanegaraan, ekonomi,
peraturan hukum era kini.
Ø Usaha
menggali, mengangkat nilai-nilai Hindu sebagai sumbangan Hindu dalam percaturan
dunia keilmuan. Paradigma sosial bahwa politik itu kotor dapat hilang.
2.2 Konsep-konsep Kepemimpinan Hindu
Kepemimpinan
Hindu bersumber dari kitab suci Weda dan diajarkan oleh para orang-orang suci.
Kepemimpinan Hindu juga banyak mengacu pada tatanan alam semesta yang merupakan
ciptaan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Adapun
konsep-konsep Kepemimpinan Hindu yang banyak diajarkan dalam sastra dan
susastra-nya antara lain : Sad Warnaning Rajaniti, Catur Kotamaning Nrpati,
Tri Upaya Sandi, Pañca Upaya Sandi, Asta Brata, Nawa Natya, Pañca
Dasa Paramiteng Prabhu, Sad Upaya Guna, Pañca Satya dan
lain-lain. Berikut ini rincian dari konsep-konsep kepemimpinan Hindu.
1.
Sad Warnaning Rajaniti
Sad Warnaning Rajaniti atau Sad
Sasana adalah enam sifat utama dan kemampuan yang harus dimiliki oleh
seorang raja. Konsep ini ditulis Candra Prkash Bhambari dalam buku “Substance
of Hindu Politiy”. Adapun bagian-bagian Sad Warnaning Rajaniti ini
adalah :
Ø
Abhigamika, artinya seorang raja atau
pemimpin harus mampu menarik perhatian positif dari rakyatnya.
Ø
Prajña, artinya seorang raja atau
pemimpin harus bijaksana.
Ø
Utsaha, artinya seorang raja atau
pemimpin harus memiliki daya kreatif yang tinggi.
Ø
Atma Sampad, artinya seorang raja atau
pemimpin harus bermoral yang luhur.
Ø
Sakya samanta, artinya seorang raja atau
pemimpin harus mampu mengontrol bawahannya dan sekaligus memperbaiki hal-hal
yang dianggap kurang baik.
Ø
Aksudra Parisatka, artinya seorang raja
atau pemimpin harus mampu memimpin sidang para menterinya dan dapat menarik
kesimpulan yang bijaksana sehingga diterima oleh semua pihak yang mempunyai
pandangan yang berbeda-beda.
2. Catur
Kotamaning Nrpati
Catur
Kotamaning Nrpati merupakan konsep kepemimpinan Hindu pada jaman Majapahit
sebagaimana ditulis oleh M. Yamin dalam buku “Tata Negara Majapahit”. Catur
Kotamaning Nrpati adalah empat syarat utama yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin. Adapun keempat syarat utama tersebut adalah :
·
Jñana Wisesa Suddha, artinya raja atau
pemimpin harus memiliki pengetahuan yang luhur dan suci. Dalam hal ini ia harus
memahami kitab suci atau ajaran agama (agama agëming aji).
·
Kaprahitaning Praja, artinya raja atau
pemimpin harus menunjukkan belas kasihnya kepada rakyatnya. Raja yang mencintai
rakyatnya akan dicintai pula oleh rakyatnya. Hal ini sebagaimana perumpamaan
singa (raja hutan) dan hutan dalam Kakawin Niti Sastra I.10 berikut ini : Singa
adalah penjaga hutan, akan tetapi juga selalu dijaga oleh hutan. Jika singa
dengan hutan berselisih, mereka marah, lalu singa itu meninggalkan hutan.
Hutannya dirusak binasakan orang, pohon-pohonnya ditebangi sampai menjadi
terang, singa yang lari bersembunyi dalam curah, di tengah-tengah ladang,
diserbu dan dibinasanakan.
·
Kawiryan, artinya seorang raja atau
pemimpin harus berwatak pemberani dalam menegakkan kebenaran dan keadilan
berdasarkan pengetahuan suci yang dimilikinya sebagainya disebutkan pada syarat
sebelumnya.
·
Wibawa, artinya seorang raja atau
pemimpin harus berwibawa terhadap bawahan dan rakyatnya. Raja yang berwibawa
akan disegani oleh rakyat dan bawahannya.
3. Tri
Upaya Sandhi
Di dalam Lontar Raja Pati Gundala
disebutkan bahwa, seorang pemimpin harus memiliki tiga upaya agar dapat menghubungkan
diri dengan rakyatnya. Adapun bagian-bagian Tri Upaya Sandi adalah :
§
Rupa, artinya seorang raja atau pemimpin
harus mengamati wajah dari para rakyatnya. Dengan begitu ia akan tahu apakah
rakyatnya sedang dalam kesusahan atau tidak.
§
Wangsa, artinya seorang raja atau
pemimpin harus mengetahui susunan masyarakat (stratifikasi sosial) agar dapat
menentukan pendekatan apa yang harus digunakan.
§
Guna, artinya seorang raja atau pemimpin
harus mengetahui tingkat peradaban atau kepandaian dari rakyatnya sehingga ia
bisa mengetahui apa yang diperlukan oleh rakyatnya.
4. Pañca
Upaya Sandhi
Dalam Lontar Siwa Buddha Gama Tattwa
disebutkan ada lima tahapan upaya yang harus dilakukan oleh seorang raja dalam
menyelesaikan persoalan-persoalan yang menjadi tanggung jawab raja. Adapun
bagian-bagian dari Pañca Upaya Sandi ini adalah :
o
Maya, artinya seorang pemimpin perlu
melakukan upaya dalam mengumpulkan data atau permasalahan yang masih belum
jelas duduk perkaranya (maya).
o
Upeksa, artinya seorang pemimpin harus
meneliti dan menganalisis semua data-data tersebut dan mengkodifikasikan secara
profesional dan proporsional.
o
Indra Jala, artinya seorang pemimpin
harus bisa mencarikan jalan keluar dalam memecahkan persoalan yang dihadapi
sesuai dengan hasil analisisnya tadi.
o
Wikrama, artinya seorang pemimpin harus
melaksanakan semua upaya penyelesaian dengan baik sesuai dengan aturan yang
telah ditetapkan.
o
Logika, artinya seorang pemimpin harus
mengedepankan pertimbangan-pertimbangan logis dalam menindak lanjuti
penyelesaian permasalahan yang telah ditetapkan.
5. Asta
Brata
Asta Brata adalah ajaran kepemimpinan
yang diberikan oleh Sri Rama kepada Gunawan Wibhisana sebelum ia memegang
tampuk kepemimpinan Alengka Pura pasca kemenangan Sri Rama melawan
keangkaramurkaan Rawana. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Pustaka Suci Manu
Smrti IX.303. Asta Brata ini merupakan delapan landasan sikap mental bagi
seorang pemimpin. Adapun delapan bagian Asta Brata tersebut adalah :
ü
Indra Brata, kepemimpinan bagaikan Dewa
Indra atau Dewa Hujan; Di mana hujan itu berasal dari air laut yang menguap.
Dengan demikian seorang pemimpin berasal dari rakyat harus kembali mengabdi
untuk rakyat.
ü
Yama Brata, kepemimpinan yang bisa
menegakkan keadilan tanpa pandang bulu bagaikan Sang Hyang Yamadipati yang mengadili
Sang Suratma.
ü
Surya Brata, kepemimpinan yang mampu
memberikan penerangan kepada warganya bagaikan Sang Surya yang menyinari dunia.
ü
Candra Brata, mengandung maksud
pemimpin hendaknya mempunyai tingkah laku yang lemah lembut atau menyejukkan
bagaikan Sang Candra yang bersinar di malam hari.
ü
Bayu Brata, mengandung maksud
pemimpin harus mengetahui pikiran atau kehendak (bayu) rakyat dan
memberikan angin segar untuk para kawula alit atau wong cilik
sebagimana sifat Sang Bayu yang berhembus dari daerah yang bertekanan tinggi ke
rendah.
ü
Baruna Brata, mengandung maksud
pemimpin harus dapat menanggulangi kejahatan atau peyakit masyarakat yang
timbul sebagaimana Sang Hyang Baruna membersihkan segala bentuk kotoran di
laut.
ü
Agni Brata, mengandung maksud pemimpin
harus bisa mengatasi musuh yang datang dan membakarnya sampai habis bagaikan
Sang Hyang Agni.
ü
Kwera atau Prthiwi Brata,
mengandung maksud seorang pemimpin harus selalu memikirkan kesejahteraan
rakyatnya sebagaimana bumi memberikan kesejahteraan bagi umat manusia dan bisa
menghemat dana sehemat-hematnya seperti Sang Hyang Kwera dalam menata
kesejahteraan di kahyangan.
6. Nawa
Natya
Dalam Lontar Jawa Kuno yang berjudul “Nawa
Natya” dijelaskan bahwa ada sembilan kriteria yang harus diperhatikan oleh
seorang pemimpin dalam memilih para pembantunya. Adapun kesembilan kriteria itu
adalah :
·
Prajña Nidagda (bijaksana dan teguh
pendiriannya).
·
Wira Sarwa Yudha (pemberani dan pantang
menyerah dalam setiap medan perang)
·
Paramartha (bersifat mulia dan luhur)
·
Dhirotsaha (tekun dan ulet dalam setiap
pekerjaan)
·
Wragi Wakya (pandai berbicara atau
berdiplomasi)
·
Samaupaya (selalu setia pada janji)
·
Lagawangartha (tidak pamrih pada harta
benda)
·
Wruh Ring Sarwa Bastra (bisa mengatasi segala
kerusuhan)
·
Wiweka (dapat membedakan mana yang baik
dan yang buruk)
7. Pañca Dasa Pramiteng Prabhu
Dalam Lontar Negara Kertagama, Rakawi
Prapañca menuliskan keutamaan sifat-sifat Gajah Mada sebagai Maha Patih
Kerajaan Majapahit. Sifat-sifat utama itu pula yang menghantarkan Majapahit
mencapai puncak kejayaannya. Sifat-sifat utama tersebut ada 15 yang disebut
sebagai Pañca Dasa Pramiteng Prabhu. Adapun kelima belas bagian dari Pañca Dasa
Pramiteng Prabhu tersebut adalah :
§
Wijayana (bijaksana dalam setiap masalah)
§
Mantri Wira (pemberani dalam membela
negara)
§
Wicaksananengnaya (sangat bijaksana dalam
memimpin)
§
Natanggwan (dipercaya oleh rakyat dan
negaranya)
§
Satya Bhakti Prabhu (selalu setia dan
taat pada atasan)
§
Wagmiwak (Pandai bicara dan berdiplomasi)
§
Sarjawa Upasama (sabar dan rendah hati)
§
Dhirotsaha (teguh hati dalam setiap
usaha)
§
Teulelana (teguh iman dan optimistis)
§
Tan Satrsna (tidak terlihat pada kepentingan
golongan atau pribadi)
§
Dibyacita (lapang dada dan toleransi)
§
Nayakken Musuh (mampu membersihkan
musuh-musuh negara)
§
Masihi Samasta Bawana (menyayangi
isi alam)
§
Sumantri (menjadi abdi negara yang baik)
§
Gineng Pratigina (senantiasa berbuat baik
dan menghindari pebuatan buruk)
8. Sad
Upaya Guna
Dalam Lontar Rajapati
Gondala dijelaskan ada enam upaya yang harus dilakukan oleh seorang raja dalam
memimpin negara. Keenam upaya ini disebut juga sebagai Sad Upaya Guna. Adapun
keenam upaya tersebut adalah : Siddhi (kemampuan bersahabat); Wigrha
(memecahkan setiap persoalan); Wibawa (menjaga kewibawaan); Winarya
(cakap dalam memimpin); Gascarya (mampu menghadapi lawan yang kuat) dan Stanha
(menjaga hubungan baik). Dalam lontar yang sama disebutkan pula ada 10
macam orang yang bisa dijadikan sahabat oleh Pemimpin. Kesepuluh macam tersebut
adalah orang yang :
a.
Satya (jujur)
b.
Arya (orang besar/mulia)
c.
Dharma (baik)
d.
Asurya (dapat mengalahkan musuh)
e.
Mantri (bisa mengabdi dengan baik)
f.
Salya Tawan (banyak kawannya)
g.
Bali (kuat dan sakti)
h.
Kaparamarthan (mempunyai visi yang jelas)
i.
Kadiran (tetap pendiriannya)
j.
Guna (banyak ilmunya)
9. Pañca
Satya
Selain upaya, sifat dan kriteria
sebagaimana yang telah disebutkan di atas, masih ada satu lagi landasan bagi
pemimpin Hindu dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Landasan ini ada lima
yang dikenal sebagai Pañca Satya. Lima Satya ini harus dijadikan sebagai
landasan bagi seorang pemimpin Hindu di manapun dia berada. Kelima landasan itu
adalah :
a.
Satya Hrdaya (jujur terhadap diri sendiri /
setia dalam hati)
b.
Satya Wacana (jujur dalam perkataan / setia
dalam ucapan)
c.
Satya Samaya (setia pada janji)
d.
Satya Mitra (setia pada sahabat)
e.
Satya Laksana (jujur dalam perbuatan)
Kelima ini juga harus dijadikan pedoman dalam hidupnya.
Sehingga ia akan menjadi seorang pemimpin yang hebat, berwibawa, disegani dan
sebagainya. Tingkat keberhasilan dari seorang pemimpin dalam memimpin itu
sendiri ditentukan oleh dua faktor, yaitu : faktor usaha manusia (Manusa atau
jangkunging manungsa) dan faktor kehendak Tuhan (Daiwa atau jangkaning
Dewa). Sementara tingkat keberhasilannya bisa berupa penurunan (Ksaya),
tetap atau stabil (Sthana) dan peningkatan atau kemajuan (Vrddhi).
2.3 Syarat
dan Sifat Kepemimpinan Hindu
2.3.1 Syarat Seorang Pemimpin
Syarat seorang pemimpin selalu
dihubungkan dengan tiga hal yaitu : kekuasaan, kewibawaan dan kemampuan.
Kekuasaan yaitu kekuatan, otoritas dan legalitas dalam mempengaruhi dan
menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu. Kewibawaan adalah kelebihan,
keunggulan, keutamaan sehingga bawahan patuh pada pimpinan dalam melakukan
sesuatu. Kemampuan adalah segala daya kesanggupan, kecakapan dan keterampilan
teknis atau sosial yang melebihi bawahannya, yaitu : kelebihan dalam
menggunakan rasio / pemikiran, kelebihan rohaniah dan kelebihan badaniah.
Selain ketiga hal itu, pemimpin juga
harus memiliki dan memenuhi syarat-syarat yaitu : memiliki intelegensi yang
tinggi yang memungkinkan dalam pengambilan keputusan secara tepat dan cepat,
memiliki karakter yang jujur, sungguh-sungguh dan percaya pada bawahan.
2.3.2 Sifat-sifat Seorang Pemimpin
Sifat
dan sikap yang dimiliki seorang pemimpin merupakan penentu berhasil atau
tidaknya seorang pemimpin dalam menjalankan roda pemerintahan. Sifat dan sikap
yang dimiliki oleh pemimpin dapat disempurnakan dengan mendalami, mempedomani,
dan mengamalkan ajaran-ajaran serta berbagai ilmu pengetahuan yang dipelajari.
Pada
umumnya sifat-sifat yang harus dimiliki untuk berhasil melaksanakan
kepemimpinannya yaitu :
a.
Memiliki
energi jasmaniah dan mental yang luar biasa dan tidak pernah habis (daya tahan,
keuletan, semangat juang, disiplin, sabar)
b.
Kesadaran
akan tujuan yang ingin dicapainya dan arah yang harus dia lalui.
c.
Antusiasme
(semangat, kegairahan, kegembiraan, ) dan optimis.
d.
Keramahan
dan kecintaan.
e.
Integritas
(kejujuran, tulus hati merasa utuh bersatu dan sejiwa dengan bawahannya.
f.
Memiliki
penguasaan kemahiran dalam teknis tertentu.
g.
Ketegasan
dalam mengambil keputusan serta memiliki kecerdasan
h.
Keterampilan
dalam menuntun, mendidik, mengarahkan serta mendorong dan menggerakan
bawahannya untuk melaksanakan tugas.
i.
Kepercayaan
pada bawahannya.
Demikianlah sifat-sifat
yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin agar dapat memimpin masyarakatnya
dengan baik sehingga tercapai tujuan bangsa dan Negara yang dipimpinnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan
pembahasan di atas, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
a.
Pemimpin
adalah orang yang memimpin dan diberikan mandat oleh sekelompok orang untuk
dijadikan panutan dan mampu bekerja sama dan mempunyai kemampuan dalam
menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan adalah
sekumpulan kemampuan yang dimiliki seseorang baik berupa kepribadian, sifat dan
wibawa yang merupakan seni dalam menggerakkan orang lain untuk mengikuti
perintah dan tugas yang diberikan dalam mencapai tujuan bersama, tanpa ada unsur
paksaan.
b.
Konsep-konsep
kepemimpinan menurut ajaran Agama Hindu yang banyak diajarkan dalam
sastra dan susastra-nya antara lain : Sad Warnaning Rajaniti, Catur
Kotamaning Nrpati, Tri Upaya Sandi, Pañca Upaya Sandi, Asta Brata, Nawa
Natya, Pañca Dasa Paramiteng Prabhu, Sad Upaya Guna, Pañca
Satya dan lain-lain.
c.
Syarat
seorang pemimpin selalu dihubungkan dengan tiga hal yaitu : kekuasaan,
kewiwabaan dan kemampuan. Selain itu seorang pemimpin juga harus memiliki
intelegensi yang tinggi yang memungkinkan dalam pengambilan keputusan secara
tepat dan cepat, memiliki karakter yang jujur, sungguh-sungguh dan percaya pada
bawahan.
d.
Sifat
yang diperlukan dalam kepemimpinan yaitu : rendah hati, jujur, suka menolong,
sabar, dan percaya diri.
3.2 Saran
3.2.1 Diharapkan agar masyarakat dapat memahami
maksud dari makalah ini dan bisa menambah pengetahuan dan wawasan tentang memahami
tentang konsep-konsep kepemimpinan Hindu dalam Nīti Sāstra dan syarat
serta sifat-sifat kepemimpinan Hindu.
3.2.2 Diharapkan bagi penulis lain untuk mencari
referensi yang lebih relevan sebagai bahan dalam pembuatan makalah guna
menciptakan tulisan yang lebih bermanfaat mengenai mengetahui seluk beluk tentang apa yang ada
hubungannya dengan perihal Nīti
Sāstra dalam ruang lingkup Kepemimpinan.
DAFTAR PUSTAKA
http://tudeputra.blogspot.com/2012/11/kepemimpinan-menurut-hindu.html
http://romonadha.wordpress.com/2011/10/04/kepemimpinan-hindu/
http://berbagifile22.blogspot.com/2012/10/makalah-kepemimpinan-menurut-hindu_3681.html
http://congkodok.blogspot.com/2013/03/makalah-Niti Sastra.html
0 komentar:
Posting Komentar