BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak sekali orang yang tidak
mengetahui apa itu filsafat, baik orang yang hidupnya di lingkungan pendidikan,
maupun yang jauh dari pendidikan, seperti di pedesaan maupun di perkotaan. Padahal
mereka sadari sebenarnya mereka dekat dengan filsafat dan mereka juga pernah
berfilsafat. Dalam menjalani kehidupan ini kita sering mengandalkan filsafat,
tetapi terkadang kita tidak menyadari bahwa yang kita lakukan itu merupakan
sebuah filsafat.
Kita sering merenung, berfikir apa
yang hendak kita capai dan kita raih apabila kita lulus kuliah nanti, dalam
perenungan itu kita banyak sekali muncul pertanyaan-pertanyaan dan pilihan-pilihan
sebagai alternatif jawaban dari setiap
pertanyaan yang muncul, begitu pula untuk hal-hal yang lain yang didalamnya
memerlukan pemikiran-pemikiran secara mendalam. Apabila kita terus mencari dan
terus mencari jawaban dari pertanyaan tadi dengan berbagai metode sampai
kiranya kita dapat menemukan kebenaran, maka akan lahir sebuah pengetahuan bagi
kita. Begitu pula dengan pendidikan, yang melatar belakangi pendidikan adalah
ide-ide yang lahir dari filsafat yang tentu saja semua itu perlu proses untuk
menemukannya. Dari gambaran sederhana tersebut dapat kita ketahui bahwa
filsafat itu merupakan tindakan memikirkan, merenungkan segala sesuatu secara
mendalam sampai keakar-akarnya.
Segala sesuatu yang kita kenal
selama ini tidaklah lahir begitu saja, nama suatu benda, hewan, manusia, dan
lain-lain saja mengandung filsafat dibaliknya. Termasuk pula segala ilmu
pengetahuan yang jumlahnya mungkin susah untuk dihitung yang bertebaran dimuka
bumi ini lahir dari sebuah proses panjang yang dinamakan filsafat.
Semua itu mendorong manusia untuk memikirkan
kembali pengertian tentang kebenaran. Sebab setiap terjadi perubahan dalam
peradaban akan berpengaruh terhadap sistem nilai yang berlaku, karena antara
perubahan peradaban dengan cara berfikir manusia terdapat hubungan timbal
balik.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan
dibahas adalah sebagai berikut :
1.2.1 Apa pengertian
filsafat tersebut?
1.2.2 Apa saja
cabang-cabang filsafat?
1.2.3 Apa saja
aliran-aliran dalam filsafat?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas,
makalah ini bertujuan sebagai berikut:
1.3.1
Untuk
mengetahui pengertian filsafat tersebut.
1.3.2. Untuk mengetahui apa saja cabang-cabang
filsafat.
1.3.3 Untuk
mengetahui apa saja aliran-aliran dalam filsafat.
1.4 Manfaat
Manfaat
yang didapat dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Sebagai
bahan masukan bagi pembaca untuk menambah pengetahuan tentang pengertian
filsafat tersebut.
1.4.2. Dapat
digunakan sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk bisa mengetahui cabang-cabang
filsafat dan aliran-aliran dalam filsafat.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Hakekat Filsafat
Filsafat
dalam bahasa Inggris, yaitu philosophy,
adapun istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik
kepada) dan shopia (hikmah,
kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi).
Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran.
Plato menyebut Socrates sebagai philosophos
(filosof) dalam pengertian pencinta kebijaksanaan. Kata falsafah merupakan
arabisasi yang berarti pencarian yang dilakukan oleh para filosof. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud,
yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala
yang ada, sebab asal dan hukumnya. Manusia filosofis adalah manusia yang
memiliki kesadaran diri dan akal sebagaimana ia juga memiliki jiwa yang
independen dan bersifat spiritual.
Sebelum Socrates ada satu kelompok yang menyebut diri mereka sophist (kaum sofis) yang
berarti cendekiawan. Secara umum filsafat berarti upaya manusia untuk memahami
segala sesuatu secara sistematis, radikal, dan kritis. Berarti filsafat
merupakan sebuah proses bukan sebuah produk. Maka proses yang dilakukan adalah
berpikir kritis yaitu usaha secara aktif, sistematis, dan mengikuti prinsip-prinsip
logika untuk mengerti dan mengevaluasi suatu informasi dengan tujuan menentukan
apakah informasi itu diterima atau ditolak. Dengan demikian filsafat akan terus
berubah hingga satu titik tertentu (Takwin, 2001). Filsafat adalah
pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar
mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu
sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara
mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala
hubungan.
2.2 Ciri-Ciri Pemikiran Filsafat
Adapun ciri-ciri atau karakteristik
berfikir filsafat yaitu :
1.
Sifat komprehensif (menyeluruh)
artinya seseorang ilmuwan tidak akan pernah puas jika hanya mengenal ilmu hanya
dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin tahu hakikat ilmu dari sudut
pandang lain, kaitannya dengan moralitas, serta ingin yakin apakah ilmu ini
akan membawa kebahagian dirinya. Hal ini akan membuat ilmuwan tidak merasa
sombong dan paling hebat. Di atas langit masih ada langit. contoh: Socrates
menyatakan dia tidak tahu apa-apa.
2.
Sifat mendasar (radikal)
yaitu sifat yang tidak saja begitu percaya bahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu
itu benar? Bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria tersebut dilakukan?
Apakah kriteria itu sendiri benar? Lalu benar sendiri itu apa? Seperti sebuah
pertanyaan yang melingkar yang harus dimulai dengan menentukan titik yang
benar.
3.
Spekulatif artinya apa yang
diselidiki filsafat didasarkan pada dugaan-dugaan yang masuk akal dan tidak
berdasarkan bukti empiris. Ini bukan berarti bahwa dugaan filsafat tidak
ilmiah, tapi pemikiran filsafat memang tidak termasuk dalam lingkup kewenangan
ilmu khusus.
4.
Sistematis artinya dalam
menjawab suatu permasalahan, digunakan pendapat-pendapat sebagai wujud dari
proses berpikir filsafat. Pendapat-pendapat itu harus saling berhubungan
secara, dan mempunyai maksud atau tertentu.
5.
Bebas artinya setiap manusia adalah
hasil pemikiran yang bebas. Bebas dari prasangka-prasangka sosial. historis,
kultural, ataupun religius.
2.3 Ajaran-Ajaran Filsafat
Beberapa
ajaran filsafat yang telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu
adalah:
1.
Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang
sebenarnya adalah alam semesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya
kenyataan spiritual. Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu
materialisme dialektik dan materialisme humanistis.
2.
Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan
dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini
adalah idealisme subjektif dan idealisme objektif.
3.
Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia
batin/rohani dan dunia materi murupakan hakitat yang asli dan abadi.
4.
Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang
tidak bersikap mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung
kepada kemampuan minusia.
2.4 Manfaat
Filsafat
Manfaat
filsafat dalam kehidupan adalah :
1.
Sebagai dasar dalam bertindak.
2.
Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
3.
Untuk mengurangi salah paham dan konflik.
4.
Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang
selalu berubah.
2.5 Objek Filsafat
Objek filsafat dibagi menjadi dua
yaitu :
A.
Objek material filsafat yaitu segala sesuatu yang
menjadi masalah filsafat , segala sesuatu yang dimasalahkan oleh atau dalam
filsafat. Tiga persoalan pokok :
1) Hakikat Tuhan
2) Hakikat Alam
3) Hakikat Manusia
B.
Objek formal filsafat adalah usaha mencari keterangan
secara radikal (sedalam-dalamnya sampai keakarnya) tentang obyek materi
filsafat.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian
Filsafat
Dari segi
etimologi, istilah filsafat berasal dari dua suku kata dalam bahasa Yunani
kuno, yaitu phile atau philos yang berarti cinta atau sahabat,
dan sophia atau sophos yang berarti kebijaksanaan atau
kebenaran. Kedua suku kata tersebut membentuk kata majemuk philosophia. Dari bahasa Arab (falsafah),
Inggris (philosophy), Jerman, Belanda dan Perancis (philosophie). Dengan
demikian, berdasarkan asal usul philosophia (Latin) berarti cinta kepada
kebijaksanaan atau sahabat kebijaksanaan. Dengan kata lain, filsafat adalah
mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana. Karena istilah philosophia dalam bahasa
Indonesia identik dengan istilah filsafat, maka untuk orangnya, yaitu orang
yang mencintai kebijaksanaan disebut filsuf.
Menurut Ciceros (106-43 SM),
penulis Romawi orang yang pertama memakai kata-kata filsafat adalah Phytagoras (497 SM), sebagai reaksi
terhadap cendikiawan pada masanya yang menamakan dirinya "Ahli pengetahuan",
Phytagoras mengatakan bahwa pengetahuan dalam artinya yang lengkap tidak sesuai
untuk manusia. Setiap orang yang mengalami kesukaran-kesukaran dalam
memperolehnya dan meskipun menghabiskan seluruh umurnya, namun ia tidak akan
mencapai tepinya. Jadi pengetahuan adalah perkara yang kita cari dan kita ambil
sebagian darinya tanpa mencakup keseluruhannya. Oleh karena itu, maka kita
bukan ahli pengetahuan, melainkan pencari dan pencinta pengetahuan.
Beberapa para ahli filsafat mengemukakan
pendapat mereka mengenai pengertian filsafat yaitu :
a.
Plato (427 - 348 SM) seorang filsuf Yunani yang termasyur
murid Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan bahwa filsafat adalah
pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai
kebenaran yang asli).
b.
Aristoteles (382 - 322 SM) mengatakan bahwa filsafat
adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung
ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika
(filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).
c.
Marcus Tullius Cicero (106 - 43SM) politikus dan ahli
pidato Romawi, merumuskan: Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang
maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya.
d.
Al-Farabi (meninggal 950 M), filsuf Muslim terbesar sebelum
Ibnu Sina, mengatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam dan
bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
e.
Immanuel Kant (1724 - 1804), yang sering disebut raksasa
pikir Barat, mengatakan filsafat itu ialah ilmu pokok dan pangkal segala
pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu:
§
Apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh
metafisika)
§
Apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh
etika)
§
Sampai di manakah harapan kita? (dijawab oleh
agama)
§
Apakah yang dinamakan manusia? ( dijawab oleh antropologi
)
f.
Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar psikologi UI,
menyimpulkan filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya
mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak
dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang radikal itu filsafat berusaha
untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal.
g.
Drs. H. Hasbullah Bakry merumuskan bahwa filsafat
adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan,
alam semesta dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang
bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana
sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
h.
Notonagoro berpendapat bahwa filsafat itu menelaah hal-hal
yang menjadi objeknya dari sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam.
i.
Decrates (1596 - 1650), filsafat adalah kumpulan segala
pengetahuan dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya.
j.
Harun Nasution, filsafat adalah berfikir menurut tata
tertib (logika) dengan bebas (tak terikat tradisi, dogma, atau agama) dan
dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai kedasar-dasar persoalan.
k.
D.C. Mulder mengemukakan pendapatnya bahwa filsafat itu
adalah suatu pemikiran teoritis tentang susunan kenyataan sebagai satu
keseluruhan.
l.
Fung Yu Lan, bahwa filsafat adalah pikiran yang sangat
sistematis dan refleksif.
m.
I.R Poedjawijatna, berpendapat filsafat ialah ilmu yang
berusaha untuk mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu
berdasarkan pikiran belaka.
Yang menjadi persamaan dari semua
para ahli tentang filsafat yaitu sebuah ilmu untuk menyelidiki segala sesuatu
secara mendalam. Sedangkan perbedaannya adalah kalau menurut plato dan
Aristoteles, filsafat adalah ilmu pengetahuan untuk mengetahui nilai kebenaran
tentang segala sesuatu. Sedangkan menurut yang lainnya bahwa filsafat itu
adalah ilmu untuk memahami atau mendalami secara radikal dan integral serta
sistematis hakikat Tuhan, hakikat alam semesta, hakikat manusia. Perbedaan itu
disebabkan oleh perbedaan konotasi filsafat yang disebabkan oleh pengaruh
lingkungan dan pandangan hidup yang berbeda serta akibat perkembangan filsafat
itu sendiri.
Dari uraian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa filsafat adalah ilmu yang menggambarkan usaha manusia untuk
mencari dan menemukan kebenaran atau kenyataan baik yang mengenai diri sendiri
maupun segala sesuatu yang dijadikan objeknya.
3.2 Cabang
- Cabang Filsafat
Ada
beberapa cabang-cabang filsafat yaitu :
a)
Metafisika
Dilihat dari asal katanya, metafisika
berasal dari bahasa Yunani yaitu meta dan physika yang artinya
sesuatu yang ada di belakang atau di balik benda-benda fisik. Jadi metafisika
adalah salah satu cabang filsafat yang mempelajari dan memahami mengenai
penyebab adanya segala sesuatu sehingga hal tertentu menjadi ada.
b)
Epistemologi (Teori Pengetahuan)
Ditinjau
dari asal katanya, epistemologi berasal dari bahasa Yunani yaitu episteme
yang berarti pengetahuan, dan logos yang berarti teori. Jadi epistemologi adalah cabang filsafat yang
bersangkut paut dengan teori pengetahuan yang meliputi bentuk pengenalan dasar
pengetahuan, hakekat, dan nilai-nilainya.
c)
Logika
Ditinjau dari asal katanya, logika berasal
dari bahsa Yunani yaitu logos yang berarti kata, nalar,
teori, atau uraian. Sehingga logika dapat didefinisikan sebagai ilmu,
kecakapan, atau alat untuk berfikir secara lurus.
d)
Etika
(Filsafat Moral)
Dilihat dari asal katanya, istilah etika
berasal dari urat kata ethos yang berarti watak, sehingga
etika merupakan cabang filsafat yang berbicara mengenai tindakan manusia dalam
kaitannya dengan tujuan hidupnya. Dalam etika ini membahas baik-buruknya atau
benar-tidaknya tingkah laku dan tindakan manusia itu, serta menyelidiki
kewajiban-kewajiban manusia.
e)
Estetika
(Filsafat Seni)
Ditinjau dari asal katanya, estetika berasal
dari bahasa Yunani yaitu aisthetika yang berarti hal-hal yang
dapat diserap dengan indra. Jadi estetika merupakan ranting filsafat yang membicarakan
tentang seni atau keindahan, bukan hanya sebagai karya seni belaka, tetapi juga
sebagai kegiatan seninya.
3.3 Aliran
- Aliran Filsafat
Ada tiga aliran-aliran filsafat dalam berbagai
persoalan-persoalan yaitu :
a.
Aliran-Aliran Filsafat dalam Persoalan Keberadaan
(Ontologi Ilmu)
Ontologi terdiri dari dua suku kata,
yakni ontos dan logos. Ontos berarti
sesuatu yang berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi
adalah bidang pokok filsafat yang mempersoalkan hakikat keberadaan segala
sesuatu yang ada menurut tata hubungan sistematis berdasarkan hukum sebab akibat
yaitu ada manusia, ada alam, dan ada kuasa prima dalam suatu hubungan yang
menyeluruh, teratur, dan tertib dalam keharmonisan. Kata ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius
pada tahun 1636 M. Ontologi meliputi hal-hal yang berkaitan dengan
hakekat ilmu, hakekat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan
ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat.
b.
Aliran-Aliran Filsafat dalam Persoalan Pengetahuan
(Epistemologi Ilmu)
Istilah
epistemologi berasal dari bahasa Yunani Kuno, dengan asal kata episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti
teori, secara etimologi, epistemologi berarti teori pengetahuan. Epistemologi
merupakan cabang filsafat yang membahas tentang asal, struktur, metode, serta
keabsahan pengetahuan. Menurut Lengeveld (1961) epistemologi membicarakan hakikat pengetahuan,
unsur-unsur dan susunan berbagai jenis pengetahuannya pangkal tumpuannya yang
fundamental, metode-metode dan batasannya.
c.
Aliran-Aliran Filsafat dalam Persoalan Nilai-Nilai
(Aksiologi Ilmu)
Aksiologi meliputi
nilal‑nilai (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna
terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita
yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik
atau pun fisik‑material. Nilai
adalah sesuatu yang berharga, yang diidamkan oleh setiap insan. Nilai yang
dimaksud adalah :
a. Nilai jasmani :
nilai yang terdiri atas nilai hidup, nilai nikmat, dan nilai guna.
b. Nilai rohani :
nilai yang terdiri atas nilai intelek, nilai estetika, nilai etika, dan nilai
religi.
Untuk lebih
mengenal apa yang dimaksud dengan aksiologi, penulis akan menguraikan bebrapa
definisi tentang aksiologi, diantaranya :
1. Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang
berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah “teori
tentang nilai”.
2. Sedangkan
arti aksiologi yang terdapat dalam bukunya Jujun S.
Suriasumantri
Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer bahwa aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan
dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S.
Suriasumantri:1999:234).
3. Menurut Bramel, aksiologi yang
terdapat dalam tiga bagian. Pertama, moral
conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yakni
etika. Kedua, esthetic expression,
yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan. Ketiga, sosio-political life, yaitu kehidupan
sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosio-politik.
Dari
definisi-definisi mengenai aksiologi diatas, terlihat dengan jelas bahwa
permasalahan yang utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah
sesuatu yang dimilki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa
yang dinilai. Teori tentang nilai yang didalam filsafat mengacu pada
permasalahan etika dan estetika.
Etika menilai
perbuatan manusia, maka lebih tepat kalau dikatakan bahwa objek formal etika adalah norma-norma
kesusilaan manusia, dan dapat dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah
laku manusia ditinjaudari segi baik dan tidak baik dalam suatu kondisi yang
melibatkan norma-norma. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang
pengalaman keindahan yang dimilki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena
di sekelilingnya.
Nilai itu
subjektif ataukah objektif adalah sangat tergantung dari hasil pandangan yang
muncul dari filsafat. Nilai akan menjadi subjektif, apabila subjek sangat
berperan dalam segala hal, kesadaran manusia menjadi tolak ukur segalanya atau
eksistensinya, maknanya dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang
melakukan penilaian tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis ataupun
fisis. Dengan demikian, nilai subjektif akan selalu memperhatikan berbagai
pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan, intelektualitas
dan hasil nilai subjektif selalu akan mengarah kepada suka atau tidak suka,
senang atau tidak senang.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan
pembahasan di atas, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
4.1.1 Filsafat
adalah ilmu yang menggambarkan usaha manusia untuk mencari dan menemukan
kebenaran atau kenyataan baik yang mengenai diri sendiri maupun segala sesuatu
yang dijadikan objeknya.
4.1.2 Beberapa
cabang-cabang filsafat yaitu metafisika, epistemologi, logika, etika, dan estetika.
4.1.3 Aliran-aliran
filsafat ada tiga yaitu sebagai berikut :
a. Aliran-Aliran
Filsafat dalam Persoalan Keberadaan (Ontologi Ilmu)
Ontologi adalah bidang pokok filsafat yang
mempersoalkan hakikat keberadaan segala sesuatu yang ada menurut tata hubungan
sistematis berdasarkan hukum sebab akibat yaitu ada manusia, ada alam, dan ada
kuasa prima dalam suatu hubungan yang menyeluruh, teratur, dan tertib dalam
keharmonisan.
b. Aliran-Aliran Filsafat dalam Persoalan
Pengetahuan (Epistemologi Ilmu)
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang
membahas tentang asal, struktur, metode, serta keabsahan pengetahuan.
c. Aliran-Aliran
Filsafat dalam Persoalan Nilai-Nilai (Aksiologi Ilmu)
Aksiologi meliputi nilal‑nilai (values) yang bersifat normatif
dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita
jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan
sosial, kawasan simbolik atau pun fisik‑material.
4.2 Saran
4.2.1 Diharapkan agar masyarakat dapat memahami
maksud dari makalah ini dan bisa menambah pengetahuan tentang pengertian
filsafat.
4.2.2 Diharapkan
masyarakat dapat mengetahui apa saja cabang-cabang filsafat dan aliran-aliran
filsafat itu.
DAFTAR PUSTAKA
Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu
Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999
Usiono. Aliran-aliran Filsafat Pendidikan,
Medan: Perdana Publishing, 2006.
Suparlan Suhartono. Filsafat Pendidikan
2007. Yogyakarta: Kelompok Penerbit Ar Ruzz Media.
FF