Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Pages

Rabu, 21 November 2012

PIDARTA BASA BALI



Tri Hita Karana Pinaka Dasar Ngrajegang Budaya Bali

Sane wangiang titiang, Bapak kepala sekolah
Sane wangiang titiang, Bapak-bapak miwah Ibu-ibu guru
Ida dane para sisia sareng sami sane dahat tresna asihin titiang.
"Om Swastyastu"
Sadurung titiang ngelanturang atur, pinih kapertama ngiring iraga sareng sami nunas ica majeng ring Ida Sang Hyang Widhi Wasa duaning sangkaning paswecan Ida presida iraga mapupul ring galahe sane becik puniki jagi ngebaosan nanginin indik “Tri Hita Karana Pinaka Dasar Ngrajegan Budaya Bali”
Inggih ida dane sane dahat suksmayang titiang,
Lengkara Tri Hita Karana punika kawangun antuk tigang kruna, inggih punika : Tri, Hita miwah Karana. Kruna tri punika mearti tiga, kruna Hita artinipun harmonis, tur kruna Karana punika mearti Pengawi. Dadosne “Tri Hita Karana” punika artinipun wantah tiga hubungan sane ngawesanayang kerahayuan utawi keharmonisan. Tri Hita Karana puniki kepah dados tiga, inggih punika Parhyangan, Pawongan, miwah Palemahan.
Parhyangan inggih punika pasewitran sane kewangun marep ring Ida Sang Hyang Widhi. Inggian laksana sane kalaksanayang nenten ja wenten tios wantah pebuat sane nyihnayang rasa bhakti ring Hyang Widhi, upaminipun wantah ngelaksanayang acara ngayah ring Parhyangan utawi Pura-pura, ngelaksanayang persembahyangan nyabran purnama.
Pawongan inggih punika pasewitran sane kawangun marep ring nyama braya utawi para jana sami melarapan antuk asah, asih, lan asuh. Yening sampun presida ngelaksanayang asah, asih, lan asuh puniki pastika iraga pacang ngemanggihang sane kewastanin rahayu masewitra ring jagate.
Palemahan inggih punika pasewitran sane kalaksanayang marep ring gumi genah iraga sareng sami maurip. Yening iraga presida ngewangiang gumi utawi jagate, pastika iraga pacang rahayu ngantos riwekas turmaning nenten wenten malih sane kawastanin byuta sane kakardi olih jagat.
Punika wawu sampun atur uningayang titiang inggian kasuksman Tri Hita Karana sane setata kemargiang ring jagat bali. Yening konsep puniki presida setata kelaksanayang, pastika jagat bali piniki pacang setata ajeg. Punika mawinan Tri Hita Karana punika patut pinaka dasar ngrajegan budaya bali.
Inggih wantah asapunika presida antuk titiang ngaturang atur indik “Tri Hita Karana Pinaka Dasar Ngrajegan Budaya Bali” mogi-mogi wenten pikenoh ipun. Maka kirang langkung atur titiang, lugrayang titiang nunas geng rena sinampura.
Makawasana titiang ngaturang parama santi.
"Om Santih Santih Santih Om"

Sabtu, 17 November 2012

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN

        
BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang
            Banyak sekali orang yang tidak mengetahui apa itu filsafat, baik orang yang hidupnya di lingkungan pendidikan, maupun yang jauh dari pendidikan, seperti di pedesaan maupun di perkotaan. Padahal mereka sadari sebenarnya mereka dekat dengan filsafat dan mereka juga pernah berfilsafat. Dalam menjalani kehidupan ini kita sering mengandalkan filsafat, tetapi terkadang kita tidak menyadari bahwa yang kita lakukan itu merupakan sebuah filsafat.
            Kita sering merenung, berfikir apa yang hendak kita capai dan kita raih apabila kita lulus kuliah nanti, dalam perenungan itu kita banyak sekali muncul pertanyaan-pertanyaan dan pilihan-pilihan sebagai alternatif  jawaban dari setiap pertanyaan yang muncul, begitu pula untuk hal-hal yang lain yang didalamnya memerlukan pemikiran-pemikiran secara mendalam. Apabila kita terus mencari dan terus mencari jawaban dari pertanyaan tadi dengan berbagai metode sampai kiranya kita dapat menemukan kebenaran, maka akan lahir sebuah pengetahuan bagi kita. Begitu pula dengan pendidikan, yang melatar belakangi pendidikan adalah ide-ide yang lahir dari filsafat yang tentu saja semua itu perlu proses untuk menemukannya. Dari gambaran sederhana tersebut dapat kita ketahui bahwa filsafat itu merupakan tindakan memikirkan, merenungkan segala sesuatu secara mendalam sampai keakar-akarnya.
            Segala sesuatu yang kita kenal selama ini tidaklah lahir begitu saja, nama suatu benda, hewan, manusia, dan lain-lain saja mengandung filsafat dibaliknya. Termasuk pula segala ilmu pengetahuan yang jumlahnya mungkin susah untuk dihitung yang bertebaran dimuka bumi ini lahir dari sebuah proses panjang yang dinamakan filsafat.
            Semua itu mendorong manusia untuk memikirkan kembali pengertian tentang kebenaran. Sebab setiap terjadi perubahan dalam peradaban akan berpengaruh terhadap sistem nilai yang berlaku, karena antara perubahan peradaban dengan cara berfikir manusia terdapat hubungan timbal balik.

1.2       Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1.2.1  Apa pengertian filsafat tersebut?
1.2.2   Apa saja cabang-cabang filsafat?
1.2.3   Apa saja aliran-aliran dalam filsafat?

1.3       Tujuan                                                                                                           
            Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan sebagai berikut:
                        1.3.1   Untuk mengetahui pengertian filsafat tersebut.
1.3.2.  Untuk mengetahui apa saja cabang-cabang filsafat.
1.3.3   Untuk mengetahui apa saja aliran-aliran dalam filsafat.

1.4       Manfaat
Manfaat yang didapat dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.4.1  Sebagai bahan masukan bagi pembaca untuk menambah pengetahuan tentang pengertian filsafat tersebut.
1.4.2.  Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk bisa mengetahui cabang-cabang filsafat dan aliran-aliran dalam filsafat.




BAB II
LANDASAN TEORI

2.1       Hakekat  Filsafat
                        Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan shopia (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Plato menyebut Socrates sebagai philosophos (filosof) dalam pengertian pencinta kebijaksanaan. Kata falsafah merupakan arabisasi yang berarti pencarian yang dilakukan oleh para filosof. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal dan hukumnya. Manusia filosofis adalah manusia yang memiliki kesadaran diri dan akal sebagaimana ia juga memiliki jiwa yang independen dan bersifat spiritual.  Sebelum Socrates ada satu kelompok yang menyebut diri mereka sophist (kaum sofis) yang berarti cendekiawan. Secara umum filsafat berarti upaya manusia untuk memahami segala sesuatu secara sistematis, radikal, dan kritis. Berarti filsafat merupakan sebuah proses bukan sebuah produk. Maka proses yang dilakukan adalah berpikir kritis yaitu usaha secara aktif, sistematis, dan mengikuti prinsip-prinsip logika untuk mengerti dan mengevaluasi suatu informasi dengan tujuan menentukan apakah informasi itu diterima atau ditolak. Dengan demikian filsafat akan terus berubah hingga satu titik tertentu (Takwin, 2001). Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.  

2.2       Ciri-Ciri Pemikiran Filsafat
                        Adapun ciri-ciri atau karakteristik berfikir filsafat yaitu :
1.        Sifat komprehensif (menyeluruh) artinya seseorang ilmuwan tidak akan pernah puas jika hanya mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin tahu hakikat ilmu dari sudut pandang lain, kaitannya dengan moralitas, serta ingin yakin apakah ilmu ini akan membawa kebahagian dirinya. Hal ini akan membuat ilmuwan tidak merasa sombong dan paling hebat. Di atas langit masih ada langit. contoh: Socrates menyatakan dia tidak tahu apa-apa.
2.        Sifat mendasar (radikal) yaitu sifat yang tidak saja begitu percaya bahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu itu benar? Bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria tersebut dilakukan? Apakah kriteria itu sendiri benar? Lalu benar sendiri itu apa? Seperti sebuah pertanyaan yang melingkar yang harus dimulai dengan menentukan titik yang benar.
3.        Spekulatif artinya apa yang diselidiki filsafat didasarkan pada dugaan-dugaan yang masuk akal dan tidak berdasarkan bukti empiris. Ini bukan berarti bahwa dugaan filsafat tidak ilmiah, tapi pemikiran filsafat memang tidak termasuk dalam lingkup kewenangan ilmu khusus.
4.        Sistematis artinya dalam menjawab suatu permasalahan, digunakan pendapat-pendapat sebagai wujud dari proses berpikir filsafat. Pendapat-pendapat itu harus saling berhubungan secara, dan mempunyai maksud atau tertentu.
5.        Bebas artinya setiap manusia adalah hasil pemikiran yang bebas. Bebas dari prasangka-prasangka sosial. historis, kultural, ataupun religius.
2.3       Ajaran-Ajaran Filsafat
                        Beberapa ajaran filsafat yang  telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu adalah:
1.          Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam semesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan materialisme humanistis.
2.          Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme objektif.
3.          Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia materi murupakan hakitat yang asli dan abadi.
4.          Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan minusia.
2.4       Manfaat Filsafat
            Manfaat filsafat dalam kehidupan adalah :
1.   Sebagai dasar dalam bertindak.
2.   Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
3.   Untuk mengurangi salah paham dan konflik.
4.   Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.
2.5       Objek Filsafat
            Objek filsafat dibagi menjadi dua yaitu :     
A.    Objek material filsafat yaitu segala sesuatu yang menjadi masalah filsafat , segala sesuatu yang dimasalahkan oleh atau dalam filsafat. Tiga persoalan pokok :
1)   Hakikat Tuhan
2)   Hakikat Alam
3)   Hakikat Manusia
B.    Objek formal filsafat adalah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai keakarnya) tentang obyek materi filsafat.




BAB III
PEMBAHASAN

3.1       Pengertian Filsafat
                              Dari segi etimologi, istilah filsafat berasal dari dua suku kata dalam bahasa Yunani kuno, yaitu phile atau philos yang berarti cinta atau sahabat, dan sophia atau sophos yang berarti kebijaksanaan atau kebenaran. Kedua suku kata tersebut membentuk kata majemuk philosophia. Dari bahasa Arab (falsafah), Inggris (philosophy), Jerman, Belanda dan Perancis (philosophie). Dengan demikian, berdasarkan asal usul philosophia (Latin) berarti cinta kepada kebijaksanaan atau sahabat kebijaksanaan. Dengan kata lain, filsafat adalah mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana. Karena istilah philosophia dalam bahasa Indonesia identik dengan istilah filsafat, maka untuk orangnya, yaitu orang yang mencintai kebijaksanaan disebut filsuf. Menurut Ciceros (106-43 SM), penulis Romawi orang yang pertama memakai kata-kata filsafat adalah Phytagoras (497 SM), sebagai reaksi terhadap cendikiawan pada masanya yang menamakan dirinya "Ahli pengetahuan", Phytagoras mengatakan bahwa pengetahuan dalam artinya yang lengkap tidak sesuai untuk manusia. Setiap orang yang mengalami kesukaran-kesukaran dalam memperolehnya dan meskipun menghabiskan seluruh umurnya, namun ia tidak akan mencapai tepinya. Jadi pengetahuan adalah perkara yang kita cari dan kita ambil sebagian darinya tanpa mencakup keseluruhannya. Oleh karena itu, maka kita bukan ahli pengetahuan, melainkan pencari dan pencinta pengetahuan.
            Beberapa para ahli filsafat mengemukakan pendapat mereka mengenai pengertian filsafat yaitu :
a.        Plato (427 - 348 SM) seorang filsuf Yunani yang termasyur murid Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).
b.        Aristoteles (382 - 322 SM) mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).
c.        Marcus Tullius Cicero (106 - 43SM) politikus dan ahli pidato Romawi, merumuskan: Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya.
d.        Al-Farabi (meninggal 950 M), filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina, mengatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
e.        Immanuel Kant (1724 - 1804), yang sering disebut raksasa pikir Barat, mengatakan filsafat itu ialah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu:
§  Apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika)
§  Apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika)
§  Sampai di manakah harapan kita? (dijawab oleh agama)
§  Apakah yang dinamakan manusia? ( dijawab oleh antropologi )
f.         Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar psikologi UI, menyimpulkan filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang radikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal.
g.        Drs. H. Hasbullah Bakry merumuskan bahwa filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
h.        Notonagoro berpendapat bahwa filsafat itu menelaah hal-hal yang menjadi objeknya dari sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam.
i.         Decrates (1596 - 1650), filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya.
j.         Harun Nasution, filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tak terikat tradisi, dogma, atau agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai kedasar-dasar persoalan.
k.        D.C. Mulder mengemukakan pendapatnya bahwa filsafat itu adalah suatu pemikiran teoritis tentang susunan kenyataan sebagai satu keseluruhan.
l.         Fung Yu Lan, bahwa filsafat adalah pikiran yang sangat sistematis dan refleksif.
m.      I.R Poedjawijatna, berpendapat filsafat ialah ilmu yang berusaha untuk mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka.
                        Yang menjadi persamaan dari semua para ahli tentang filsafat yaitu sebuah ilmu untuk menyelidiki segala sesuatu secara mendalam. Sedangkan perbedaannya adalah kalau menurut plato dan Aristoteles, filsafat adalah ilmu pengetahuan untuk mengetahui nilai kebenaran tentang segala sesuatu. Sedangkan menurut yang lainnya bahwa filsafat itu adalah ilmu untuk memahami atau mendalami secara radikal dan integral serta sistematis hakikat Tuhan, hakikat alam semesta, hakikat manusia. Perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan konotasi filsafat yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan pandangan hidup yang berbeda serta akibat perkembangan filsafat itu sendiri.
            Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah ilmu yang menggambarkan usaha manusia untuk mencari dan menemukan kebenaran atau kenyataan baik yang mengenai diri sendiri maupun segala sesuatu yang dijadikan objeknya.

3.2       Cabang - Cabang Filsafat
            Ada beberapa cabang-cabang filsafat  yaitu :
a)            Metafisika
                        Dilihat dari asal katanya, metafisika berasal dari bahasa Yunani yaitu meta dan physika yang artinya sesuatu yang ada di belakang atau di balik benda-benda fisik. Jadi metafisika adalah salah satu cabang filsafat yang mempelajari dan memahami mengenai penyebab adanya segala sesuatu sehingga hal tertentu menjadi ada.
b)               Epistemologi (Teori Pengetahuan)
                              Ditinjau dari asal katanya, epistemologi berasal dari bahasa Yunani yaitu episteme yang berarti pengetahuan, dan logos yang berarti teori. Jadi epistemologi adalah cabang filsafat yang bersangkut paut dengan teori pengetahuan yang meliputi bentuk pengenalan dasar pengetahuan, hakekat, dan nilai-nilainya.
c)            Logika
                        Ditinjau dari asal katanya, logika berasal dari bahsa Yunani yaitu logos yang berarti kata, nalar, teori, atau uraian. Sehingga logika dapat didefinisikan sebagai ilmu, kecakapan, atau alat untuk berfikir secara lurus.
d)           Etika (Filsafat Moral)
                        Dilihat dari asal katanya, istilah etika berasal dari urat kata ethos yang berarti watak, sehingga etika merupakan cabang filsafat yang berbicara mengenai tindakan manusia dalam kaitannya dengan tujuan hidupnya. Dalam etika ini membahas baik-buruknya atau benar-tidaknya tingkah laku dan tindakan manusia itu, serta menyelidiki kewajiban-kewajiban manusia.
e)            Estetika (Filsafat Seni)
                              Ditinjau dari asal katanya, estetika berasal dari bahasa Yunani yaitu aisthetika yang berarti hal-hal yang dapat diserap dengan indra. Jadi estetika merupakan ranting filsafat yang membicarakan tentang seni atau keindahan, bukan hanya sebagai karya seni belaka, tetapi juga sebagai kegiatan seninya.

3.3       Aliran - Aliran Filsafat
Ada tiga aliran-aliran filsafat dalam berbagai persoalan-persoalan yaitu :
a.      Aliran-Aliran Filsafat dalam Persoalan Keberadaan (Ontologi Ilmu)
                        Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu yang berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi adalah bidang pokok filsafat yang mempersoalkan hakikat keberadaan segala sesuatu yang ada menurut tata hubungan sistematis berdasarkan hukum sebab akibat yaitu ada manusia, ada alam, dan ada kuasa prima dalam suatu hubungan yang menyeluruh, teratur, dan tertib dalam keharmonisan. Kata ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636 M. Ontologi meliputi hal-hal yang berkaitan dengan hakekat ilmu, hakekat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat.  


b.     Aliran-Aliran Filsafat dalam Persoalan Pengetahuan (Epistemologi Ilmu)
Istilah epistemologi berasal dari bahasa Yunani Kuno, dengan asal kata episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti teori, secara etimologi, epistemologi berarti teori pengetahuan. Epistemologi merupakan cabang filsafat yang membahas tentang asal, struktur, metode, serta keabsahan pengetahuan. Menurut Lengeveld (1961) epistemologi membicarakan hakikat pengetahuan, unsur-unsur dan susunan berbagai jenis pengetahuannya pangkal tumpuannya yang fundamental, metode-metode dan batasannya.
c.      Aliran-Aliran Filsafat dalam Persoalan Nilai-Nilai (Aksiologi Ilmu)
Aksiologi meliputi nilal‑nilai (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau ke­nyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik‑material. Nilai adalah sesuatu yang berharga, yang diidamkan oleh setiap insan. Nilai yang dimaksud adalah :
a.    Nilai jasmani : nilai yang terdiri atas nilai hidup, nilai nikmat, dan nilai guna.
b.   Nilai rohani : nilai yang terdiri atas nilai intelek, nilai estetika, nilai etika, dan nilai religi.
Untuk lebih mengenal apa yang dimaksud dengan aksiologi, penulis akan menguraikan bebrapa definisi tentang aksiologi, diantaranya :
1.   Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah “teori tentang nilai”.
2.   Sedangkan arti  aksiologi yang terdapat dalam bukunya Jujun S.
 Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer bahwa aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S. Suriasumantri:1999:234).
3.   Menurut Bramel, aksiologi yang terdapat dalam tiga bagian. Pertama, moral conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yakni etika. Kedua, esthetic expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan. Ketiga, sosio-political life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosio-politik.
Dari definisi-definisi mengenai aksiologi diatas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan yang utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimilki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang didalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika.
Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat kalau dikatakan bahwa objek formal etika adalah norma-norma kesusilaan manusia, dan dapat dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjaudari segi baik dan tidak baik dalam suatu kondisi yang melibatkan norma-norma. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimilki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.
Nilai itu subjektif ataukah objektif adalah sangat tergantung dari hasil pandangan yang muncul dari filsafat. Nilai akan menjadi subjektif, apabila subjek sangat berperan dalam segala hal, kesadaran manusia menjadi tolak ukur segalanya atau eksistensinya, maknanya dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis ataupun fisis. Dengan demikian, nilai subjektif akan selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan, intelektualitas dan hasil nilai subjektif selalu akan mengarah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.



BAB IV
PENUTUP

4.1       Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
4.1.1      Filsafat adalah ilmu yang menggambarkan usaha manusia untuk mencari dan menemukan kebenaran atau kenyataan baik yang mengenai diri sendiri maupun segala sesuatu yang dijadikan objeknya.
4.1.2      Beberapa cabang-cabang filsafat yaitu metafisika, epistemologi, logika, etika, dan estetika.
4.1.3      Aliran-aliran filsafat ada tiga yaitu sebagai berikut :
a.  Aliran-Aliran Filsafat dalam Persoalan Keberadaan (Ontologi Ilmu)
           Ontologi adalah bidang pokok filsafat yang mempersoalkan hakikat keberadaan segala sesuatu yang ada menurut tata hubungan sistematis berdasarkan hukum sebab akibat yaitu ada manusia, ada alam, dan ada kuasa prima dalam suatu hubungan yang menyeluruh, teratur, dan tertib dalam keharmonisan.
b.  Aliran-Aliran Filsafat dalam Persoalan Pengetahuan (Epistemologi Ilmu)
           Epistemologi merupakan cabang filsafat yang membahas tentang asal, struktur, metode, serta keabsahan pengetahuan.
c.  Aliran-Aliran Filsafat dalam Persoalan Nilai-Nilai (Aksiologi Ilmu)
                      Aksiologi meliputi nilal‑nilai (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau ke­nyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik‑material.
4.2       Saran
            4.2.1      Diharapkan agar masyarakat dapat memahami maksud dari makalah ini dan bisa menambah pengetahuan tentang pengertian filsafat.
4.2.2      Diharapkan masyarakat dapat mengetahui apa saja cabang-cabang filsafat dan aliran-aliran filsafat itu.

DAFTAR PUSTAKA

Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999
Usiono. Aliran-aliran Filsafat Pendidikan, Medan: Perdana Publishing, 2006.
Suparlan Suhartono. Filsafat Pendidikan 2007. Yogyakarta: Kelompok Penerbit Ar Ruzz Media.






















                                                                                                                     
  FF

MAKALAH Tokoh Pendidikan Agama Hindu








BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang
                        Setiap anak manusia yang terlahir ke dunia, untuk dapat mengarungi kehidupannya dengan wajar, membutuhkan pendidikan. Sederhananya, setiap anak pasti membutuhkan latihan-latihan tertentu untuk sekedar dapat berjalan, membutuhkan latihan-latihan tertentu pula untuk dapat mengenali lingkungan tempat tinggalnya. Seluruh rangkaian latihan-latihan itulah yang disebut pendidikan. Oleh sebab itulah, pendidikan menjadi sangat penting bagi kehidupan suatu manusia, terlebih bagi manusia yang hidup di era globalisasi.
                        Semenjak awal konsep mengenai pendidikan telah banyak dibicarakan oleh banyak tokoh dan sekaligus telah diaplikasikan, namun uniknya hingga sekarang, pendidikan masih menyisakan masalah-masalah yang perlu dikaji ulang secara serius. Uniknya lagi, pendidikan yang berlangsung di berbagai tempat dalam kurun waktu tertentu memiliki permasalahan tersendiri. Di negara kita sendiri (Indonesia) misalnya, kasus KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) yang bermunculan di berbagai media, pelakunya ialah “orang-orang terdidik”. Seolah masyarakat telah sepakat untuk meyakini bahwa fasilitas istimewa dari negara hanya dapat dinikmati oleh mereka yang dapat mengaksesnya, mereka itulah “orang-orang terdidik”. Dengan demikian pendidikan yang awalnya memiliki tujuan mulia, kini mulai dipertanyakan ulang.
                        Seiring dengan itu, penulis pun hendak melontarkan pertanyaan sederhana: pendidikan semacam apakah yang dibutuhkan oleh manusia? Setelah direnungkan, ternyata pertanyaan sesingkat itu akan memicu pembahasan yang tidak sederhana, secarik makalah semacam ini bukan media yang tepat untuk menjawab pertanyaan sesingkat itu. Namun penulis tidaklah berkecil hati, mengingat bahwa perjalanan panjang ribuan mil pasti selalu diawali dengan selangkah demi selangkah. Bila problematika pendidikan yang, seolah tak terbatas, dianalogikan dengan perjalanan panjang bermil-mil maka kehadiran makalah ini bagaikan sebuah langkah kecil di dalamnya. Lebih lanjut, dalam pemaparan makalah singkat ini penulis hendak menghadirkan sebuah gagasan pendidikan dari tokoh pergerakan kemerdekaan.

1.2       Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1.2.1    Siapa saja tokoh-tokoh pendidikan Agama Hindu?
1.2.2    Bagaimana uraian singkat mengenai pendidikan menurut tokoh-
tokoh pendidikan Agama Hindu tersebut?

1.3       Tujuan Penulisan                                                                                          
Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan sebagai berikut:
                        1.3.1    Untuk mengetahui tokoh-tokoh pendidikan Agama Hindu.
1.3.2  Untuk mengetahui uraian singkat mengenai pendidikan menurut tokoh-tokoh pendidikan Agama Hindu tersebut.

1.4       Manfaat Penulisan
            Manfaat yang didapat dari karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1.4.1   Sebagai bahan masukan bagi pembaca untuk menambah pengetahuan tentang tokoh-tokoh pendidikan Agama Hindu.
1.4.2  Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk bisa mengetahui uraian singkat mengenai pendidikan menurut tokoh-tokoh pendidikan Agama Hindu tersebut.




BAB II
PEMBAHASAN
2.1       Pendidikan Menurut Mahatma Gandhi
                        Menyebut nama Gandhi, artinya kita sedang menyebut sesosok pribadi sederhana dan unik. Sepak terjangnya memang tidak dapat dipisahkan dari tempat kelahirannya, yakni India. Lahir (2 Oktober 1869 di Porbandar) dan matinya (30 Januari 1948 di New Delhi) untuk sesuatu yang dicintainya. Gandhi adalah salah seorang yang paling penting yang terlibat dalam Gerakan Kemerdekaan India, seorang aktivis yang tidak mau menggunakan kekerasan (Ahimsa), yang mengusung gerakan kemerdekaan melalui aksi demonstrasi damai.
Sebagian sejarawan mencatat bahwa dari sekian banyak kisah perjuangan dan revolusi, hampir sebagian besarnya merupakan aksi massa. Suatu aksi yang melibatkan kumpulan massa dalam satu tindakan fisik sebagai bargaining position dengan pihak lawan. Sebagian besarnya adalah aksi-aksi massa yang turun ke jalan sebagai bentuk show of force dalam suatu tahapan perjuangan. Namun berbeda dengan konsep perjuangan yang digagas oleh Gandhi. Ide-ide gagasannya merupakan semacam seruan tentang Ahimsa (nir-kekerasan), Satyagraha (keteguhan berpegang pada kebenaran) dan Swadeshi (gerakan cinta produksi dalam negeri). Seruan-seruan demikian bisa dikatakan sangat jauh dengan konsep perjuangan aksi massa sebagaimana lazimnya. Memang bagi banyak orang, gagasan semacam itu justru tidak populis dan tidak sesuai dengan tujuan perjuangan yaitu tercapainya swaraj (kemerdekaan).
            Memulai perjuangannya semenjak persentuhannya dengan rakyat India di Afrika Selatan, secara perlahan Gandhi mengokohkan diri sebagai salah satu tokoh perjuangan India yang cukup besar. Begitupun saat dia telah kembali tinggal di India. Mulai penolakannya terhadap serangkaian UU ataupun RUU buatan Inggris yang merugikan dan bahkan menindas warga India. Tahun 1920, tercatat bahwa ketokohan Gandhi di bidang politik sangat dominan. Berbagai pembaruan dilakukannya antara lain mengubah Kongres Nasional India (India National Congress) yang tadinya sebuah partai kaum elit dan eksklusif kini menjadi partai massa. Dukungan pada Gandhi dalam wadah ini mengakar sampai ke pelosok desa dan seluruh penjuru perkotaan India. Gandhi meyakini bahwa metode yang diterapkan dalam perjuangannya terkait erat dengan tujuan yang ingin dicapai, yakni Swaraj (kemerdekaan), Tujuan bersama seluruh masyarakat India tersebut, dalam hal ini mengandung makna sebagai truth (kebenaran), yaitu suatu kebenaran obyektif, kebenaran kolektif yang akan dicapai sebagai cita-cita bersama. Hal ini tentu tidak akan pernah terwujud dan tercapai melalui metode-metode yang senyatanya bertentangan dengan semangat truth tersebut, yaitu perpecahan antara umat Hindu dan umat Islam sebagai sesama waga India yang terikat dalam satu kesatuan bangsa. Perpecahan ini dimaknai Gandhi sebagai bentuk non-truth (ketidakbenaran) yang tentu saja bertentangan samangat truth dalam swaraj, yang secara otomatis membuat swaraj sebagai cita-cita bersama tidak akan pernah terwujud.
Suatu kehidupan yang tidak mempunyai akar, yang tidak memiliki latar belakang mendalam, adalah suatu kehidupan yang dangkal. Begitulah kehidupan Gandhi yang berakar dalam tradisi Hindhu yang amat mementingkan pencarian kebenaran secara sungguh-sungguh, menghormati kehidupan, bercita-cita membebaskan diri dari cengkeraman hawa nafsu untuk mencapai moksa (pencerahan). Sepanjang hidup, Gandhi senantiasa berjuang sekuat jiwa-raganya untuk mewujudkan nilai-nilai kebenaran yang yakininya. Gandhi menambahkan bahwa semua kegiatan yang dilakukannya bersumber pada cinta kasihnya yang kekal kepada kemanusiaan. Gandhi tidak mengenal perbedaan antara kaum keluarga dan orang luar, orang sebangsa dan orang asing, berkulit putih maupun berwarna. Lebih lanjut menurut keyakinannya, semua anak manusia bersaudara dan janganlah manusia yang satu merasa asing dengan lainnya. Kebahagiaan semua manusia ialah tujuan hidupnya, juga menjadi tujuan hidup semua manusia.
            Gandhi menyampaikan bahwa yang dimaksudkan dengan pendidikan ialah menampilkan sifat-sifat terbaik secara menyeluruh yang ada dalam kepribadian seseorang anak atau manusia yaitu tubuh, akal, dan jiwa. Kepandaian membaca dan menulis bukan merupakan tujuan akhir, bahkan bukan juga tujuan awal dari pendidikan. Kepandaian membaca dan menulis, bukan merupakan pendidikan. Maka bila pendidikan seorang anak dinilai dengan mengajar suatu cabang kerajinan tangan dan memungkinkan murid itu menghasilkan barang dari saat awal pendidikannya. Sebagai tokoh pergerakan nasional India saat itu, Gandhi menekankan bahwa setiap manusia harus mandiri. Selanjutnya Gandhi menegaskan bahwa pendidikan yang sempurna ialah pendidikan yang mampu membangkitkan sifat-sifat diri kita sendiri yang terbaik. Pernyataan tersebut tampak sangat serasi bila disandingkan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 yang menurutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
            Konsep ahimsa (anti kekerasan) yang dijadikan sebagai metode utama dalam perjuangan Gandhi misalnya, tidak dilakukan atas dasar ketidakberdayaan melainkan sebuah keputusan sadar bahwa kekerasan tidak bisa dilawan dengan kekerasan. Keputusan untuk menempuh jalan damai semacam itu bukan suatu keputusan yang mudah sebab harus dibarengi dengan cara-cara cerdas, terutama bila bahaya kekerasan sedang mengancam diri sendiri.
            Selain itu setiap lembaga pendidikan pun diupayakan untuk melakukan swasembada alias tidak menggantungkan diri pada pemerintah. Hal tersebut bertujuan supaya kegiatan pendidikan tidak diintervensi oleh pemerintah, sekaligus akan leluasa bila melakukan kritik terhadap pemerintah. Lembaga pendididkan pun berkewajiban mendidik serta menyediakan fasilitas bagi siswa-siswinya supaya menjadi ahli-ahli tertentu sesuai bakat alamiahnya. Dengan demikian kahlian mereka dapat dimanfaatkan untuk memajukan kesejahteraan umum, bukan malah sebaliknya. Mengenai biaya pendidikan, Gandhi mengusulkan supaya biayanya ditanggung bersama (oleh lembaga dan siswa-siswinya) secara adil dan merata.
            Memanusiakan manusia, bagi Gandhi, tidak cukup hanya dengan mengoptimalisasi daya nalarnya sebab tanpa akal budinya manusia menjadi bukan manusia. Pengetahuan diperoleh manusia melalui pencerapan terhadap sebuah pengalaman ataupun dengan sebuah realita dalam kehidupan. Pengetahuan adalah hasil aktivitas tertentu, namun pendidikan yang baik juga harus dibarengai dengan sikap mental yang baik alias bermoral.        

2.2       Pendidikan Menurut Dr. Davis Frawley
                        Dr. David Frawley adalah salah satu dari sedikit orang Barat yang pernah diakui di India sebagai Vedacharya atau guru dari kebijaksanaan kuno. Pada tahun 1991 di bawah naungan guru besar India, Avadhuta Shastri, ia diangkat Vamadeva Shastri, setelah Vamadeva Rishi Veda yang besar. Pada tahun 1995 ia diberi gelar Pandit bersama dengan penghargaan Vishwanathji Brahmacari di Mumbai untuk pengetahuan tentang ajaran Weda. Selama bertahun-tahun Vamadeva telah menerima banyak penghargaan dan kehormatan untuk karyanya dari seluruh India. Beliau membawa banyak cara Veda khusus pengetahuan (vidyas), yang ditempuhnya pada siswa di India dan di Barat. Pengetahuan yang luas berakar pada pengaruh kehidupan intuitif dan masa lalu, karena lebih daripada yang dapat diperoleh dalam pengalaman hidup tunggal, meskipun beliau telah mempelajari teks tradisional dan dengan banyak guru. Di India, Vamadeva diakui tidak hanya sebagai Vedacharya (guru Weda), tetapi juga sebagai Puranic Vaidya (dokter Ayurvedic), Jyotishi (astrolog Veda), (sejarawan Weda) dan Yogi, sebuah prestasi langka bagi seorang Amerika yang lahir di Wisconsin. Dia sekarang menjadi dosen tamu untuk Vivekananda Yoga Kendra di Bangalore, India, pemerintah dianggap disetujui universitas untuk yoga dan studi Weda dan juga guru dengan Sringeri Shankaracharya Math, yang paling sentral dari pusat Vedanta tradisional di India.
                        Vamadeva melihat perannya sebagai membantu untuk menghidupkan kembali pengetahuan Veda pendekatan interdisipliner untuk usia planet. Dia melihat dirinya sebagai guru dan penerjemah untuk membantu memberdayakan orang untuk menggunakan sistem Veda untuk meningkatkan kehidupan mereka. Dia melihat kebijaksanaan Veda sebagai alat untuk pembebasan roh, bukan sebagai dogma yang mengikat orang atau untuk mengambil alih kekuasaan atas mereka. Pengetahuan Veda merupakan sarana berkomunikasi dengan alam sadar dan belajar untuk mewujudkan dalam kehidupan kita sendiri dan persepsi. Meskipun Vamadeva telah bekerja di bidang yang berbeda, yang dapat sulit dan menakutkan, ia telah berupaya untuk mendekati masing-masing dengan banyak kekhususan dan presisi.
2.3       Pendidikan Menurut Adi Shankaracarya
                        Seorang cendekiawan atau penulis Hindu ternama pernah berkata tentang Adi Shankara-Acharya : "Beliau adalah bintang paling cemerlang di langit Sanatana Dharma". Itu karena karya Beliau yang sangat menakjubkan dalam sejarah hidupnya yang singkat (meninggal pada usia 30-an tahun). Saat beliau lahir, hampir seluruh India telah beragama Buddha. Adi Sankara, seorang Brahmana remaja dengan kecerdasan yang istimewa, menuntaskan pendidikan Vedanya, pada pertengahan usia belasan tahun, dan diminta oleh Guru Beliau untuk berkelana membabarkan Dharma.
                        Beliau melaksanakannya, dengan mengunjungi para pemuka agama, baik Hindu maupun Buddha, untuk mengundang para arif bijaksana tersebut dalam debat Dharma. Dengan perjanjian, bahwa yang kalah akan menjadi murid sang pemenang. Demikianlah, Beliau memulai perjalanan yang berlangsung selama belasan tahun, yang disebut Digvajaya. Perjalanan yang penuh dengan kejayaan.
                        Saat Beliau berpulang di usia sangat muda, Beliau telah mengembalikan putra-putri India kepangkuan Sanatana Dharma. Wajah masyarakat Hindu kembali penuh kecermelangan, karena Tuhan telah mengkaruniai seorang Adi Shankaracarya di dunia ini.

2.4       Pendidikan Menurut I Ketut Bangbang Gde Rawi
                        Beliau adalah pelopor kalender Bali. Berkat jasa Beliau, setiap keluarga Hindu Bali di perantauan bisa tetap mengikuti hari-hari suci, yang ditetapkan berdasarkan kalender Jawa - Bali. Kalender Jawa - Bali di tetapkan bersadarkan wewaran (dari ekawara sampai sapta wara). Di Jawa, saat ini yang tetap terkenal adalah Pancawara : Legi (umanis), Pahing (Paing), Pon, Wage, Kliwon. Di Bali, Saptawara juga sangat dikenal (Redite, Soma, Anggara, Buda, Wrhaspati, Sukra, Saniscara). Diterjemahkan ke kalender internasional : Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu.
                        Saat ini, berbagai penulis kalender Bali, telah mengikuti jejak Beliau. Bapak I Ketut Bangbang Gde Rawi, adalah sang pelopor. Kecintaannya pada sistem kalender Bali, telah mempermudah kehidupan beragama umat Hindu Bali di perantauan. Wajah beliau menghiasi kalender Bali, yang terpampang di ruang keluarga, mulai dari rumah petani di desa, di kaki gunung Batur, sampai di rumah guru gamelan Bali di Washington DC.

2.5       Pendidikan Menurut Swami Chinmayananda
                        Swami Chinmayananda, putra seorang pengacara di India, di masa penjajahan Inggris. Saat kecil beliau bertumbuh sebagai anak yang religius dan rajin sembahyang. Saat dewasa, sebagai wartawan muda, beliau terlibat dalam gerakan anti penjajahan sehingga di penjara. Hampir meninggal dalam penjara, tetapi beliau dikeluarkan, dan diselamatkan jiwanya oleh seorang Ibu kaya, yang putranya mirip dengan wajah beliau.
                        Beliau melanjutkan karir sebagai wartawan, dan sempat mengalami keguncangan rohani, bahkan sempat mengalami tidak peduli dengan Tuhan. Sampai akhirnya Beliau bertemu Swami Sivananda, dan terdorong untuk kembali ke pangkuan Sanatana Dharma. Beliau akhirnya memutuskan untuk menjadi Brahmacari dan belajar Weda dari seorang Rsi yang tinggal di sebuah gubug kecil di Himalaya. Setelah lulus dalam pendidikannya, beliau baru menyadari bahwa umat Hindu pada umumnya buta akan pengetahuan agamanya sendiri.
                        Beliau lalu memohon kepada Gurunya (Swami Tapovan), untuk mengajarkan Weda kepada masyarakat awam, dalam bahasa awam. Permohonan beliau pada mulanya ditolak oleh Gurunya, dengan alasan bahwa Weda hanya diajarkan kepada mereka yang mencari Weda. Kini, berkat jasa beliau, pelajaran-pelajaran Agama Hindu tersedia di berbagai Chinmaya Centre di berbagai penjuru dunia. Para sukarelawan telah meneruskan jejak beliau, dan berkarya dengan cara menerjemahkan kitab-kitab suci Hindu (terutama Upanisad dan Bhagavadgita) ke dalam berbagai buku.

2.6       Pendidikan Menurut Putu Setia

Di masa mudanya, Beliau adalah wartawan muda berbakat yang berkarya di Majalah Tempo. Kecintaan dan kesetiaannya pada umat Hindu, membuat beliau mencurahkan bakat dan karya Beliau dalam bidang Jurnalisme tentang Hindu Indonesia.
                        Perspektif  beliau yang luas dan kebijaksanaan yang beliau peroleh dari banyaknya membaca sejarah, membuat Beliau menolak apabila Hindu hanya dikemas dengan kemasan Kultur Bali. Meskipun beliau adalah putra Bali sejati, namun kearifan beliau telah menyadarkan banyak putra-putri Bali lainnya, bahwa Agama Hindu di Nusantara adalah majemuk. Beliau berkeyakinan bahwa para putra-putri Bali tidak selayaknya terlalu memaksakan ritual Bali, bagi penganut Agama Hindu dari suku budaya yg berbeda.

2.7       Pendidikan Menurut Pramukh Swami Maharaj

          Beliau saat ini adalah pemimpin spiritual dalam denominasi Hindu Waisnawa, atau lebih tepatnya dalam sub-denominasi SWAMINARAYAN. Meskipun kelahiran India, namun Beliau benar-benar tokoh Hindu Internasional, yang memberikan kebanggaan luar biasa bagi umat Hindu di London. Pura Swaminarayan di London, adalah salah satu keajaiban kota London, dan salah satu kebanggaan kota London. Beliau juga mendirikan pura yang serupa, di Toronto-Canada, yang peresmiannya dihadiri oleh Perdana Menteri Canada. Beliau adalah pembangun pura modern yang luar biasa. Antara lain, pura modern terbesar di New Delhi, yang bernama Akshardam Mandir.
            Pramukh Swami Maharaj adalah penerus spiritual kelima Bhagwan Swaminarayan dan pemimpin sekarang Bochasanwasi Shri Akshar Purushottam Swaminarayan Sanstha. Dia memimpin kehidupan yang keras selibat seumur hidup, tanpa kekayaan pribadi atau kenyamanan. Mewakili esensi dari agama Hindu, belas kasih-Nya bagi manusia, kearifan universal dan kesederhanaan yang mencolok telah menyentuh banyak pemimpin dunia agama dan nasional. Tapi yang paling penting adalah tenang, cinta terganggu bagi Allah yang naik melampaui semua batas bangsa, ras dan agama. Bahkan setelah menciptakan sebuah kerajaan spiritual internasional ratusan mandirs, ribuan pusat dan lebih dari satu juta pengikut, Anda akan selalu menemukan Swamiji asyik dalam doa.



BAB III
PENUTUP

3.1       Simpulan
            Berdasarkan pembahasan di atas, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
3.1.1    Mahatma Gandhi lahir di Gujarat, India pada tanggal 2 Oktober 1869 sebagai sosok pemimpin yang spiritual dan politikus dari India. Nama asli beliau adalah Mohandas Karamchand Gandhi. Beliau terkenal dengan ajarannya yaitu Ahimsa (tanpa kekerasan).
3.1.2    David Frawley adalah salah satu dari orang Barat yang pernah diakui di India sebagai Vedacharya atau guru dari kebijaksanaan kuno. Pada tahun 1995 diberi gelar Pandit bersama dengan penghargaan Vishwanathji Brahmacari di Mumbai untuk pengetahuan tentang ajaran Weda.
3.1.3    Adi Shankaracarya adalah bintang paling cemerlang di langit Sanatana Dharma, karena karya Beliau yang sangat menakjubkan dalam sejarah hidupnya yang singkat. Beliau pernah  diminta oleh Guru beliau untuk berkelana membabarkan Dharma.
3.1.4    I Ketut Bangbang Gde Rawi adalah pelopor kalender Bali. Berkat jasa Beliau, setiap keluarga Hindu bali di perantauan bisa tetap mengikuti hari-hari suci, yang ditetapkan berdasarkan kalender Jawa - Bali.
3.1.5    Swami Chinmayananda adalah putra seorang pengacara di India, yang melanjutkan karir sebagai wartawan, dan sempat mengalami keguncangan rohani, bahkan sempat mengalami tidak peduli dengan Tuhan.
3.1.6    Putu Setia adalah wartawan muda berbakat yang berkarya di Majalah Tempo. Kecintaan dan kesetiaannya pada umat Hindu, membuat beliau mencurahkan bakat dan karya Beliau dalam bidang Jurnalisme tentang Hindu Indonesia.
3.1.7      Pramukh Swami Maharaj adalah pemimpin spiritual dalam denominasi Hindu Waisnawa, atau lebih tepatnya dalam sub-denominasi SWAMINARAYAN. Meskipun kelahiran India, namun Beliau benar-benar tokoh Hindu Internasional, yang memberikan kebanggaan luar biasa bagi umat Hindu di London.
3.2       Saran
            3.2.1      Diharapkan agar masyarakat dapat memahami maksud dari makalah ini dan bisa menambah pengetahuan tentang tokoh-tokoh pendidikan Agama Hindu.
3.2.2      Diharapkan masyarakat dapat mengetahui uraian singkat mengenai pendidikan menurut tokoh-tokoh  pendidikan Agama Hindu tersebut.



DAFTAR PUSTAKA
Sadulloh, Uyoh. 2011. Pengantar Filsafat pendidikan. Bandung: CV Alfa Beta
Suhartono, Suparlan. 2006. Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media





















                                                                                                                      

DRAFT KU