Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Pages

Sabtu, 17 November 2012

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN

        
BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang
            Banyak sekali orang yang tidak mengetahui apa itu filsafat, baik orang yang hidupnya di lingkungan pendidikan, maupun yang jauh dari pendidikan, seperti di pedesaan maupun di perkotaan. Padahal mereka sadari sebenarnya mereka dekat dengan filsafat dan mereka juga pernah berfilsafat. Dalam menjalani kehidupan ini kita sering mengandalkan filsafat, tetapi terkadang kita tidak menyadari bahwa yang kita lakukan itu merupakan sebuah filsafat.
            Kita sering merenung, berfikir apa yang hendak kita capai dan kita raih apabila kita lulus kuliah nanti, dalam perenungan itu kita banyak sekali muncul pertanyaan-pertanyaan dan pilihan-pilihan sebagai alternatif  jawaban dari setiap pertanyaan yang muncul, begitu pula untuk hal-hal yang lain yang didalamnya memerlukan pemikiran-pemikiran secara mendalam. Apabila kita terus mencari dan terus mencari jawaban dari pertanyaan tadi dengan berbagai metode sampai kiranya kita dapat menemukan kebenaran, maka akan lahir sebuah pengetahuan bagi kita. Begitu pula dengan pendidikan, yang melatar belakangi pendidikan adalah ide-ide yang lahir dari filsafat yang tentu saja semua itu perlu proses untuk menemukannya. Dari gambaran sederhana tersebut dapat kita ketahui bahwa filsafat itu merupakan tindakan memikirkan, merenungkan segala sesuatu secara mendalam sampai keakar-akarnya.
            Segala sesuatu yang kita kenal selama ini tidaklah lahir begitu saja, nama suatu benda, hewan, manusia, dan lain-lain saja mengandung filsafat dibaliknya. Termasuk pula segala ilmu pengetahuan yang jumlahnya mungkin susah untuk dihitung yang bertebaran dimuka bumi ini lahir dari sebuah proses panjang yang dinamakan filsafat.
            Semua itu mendorong manusia untuk memikirkan kembali pengertian tentang kebenaran. Sebab setiap terjadi perubahan dalam peradaban akan berpengaruh terhadap sistem nilai yang berlaku, karena antara perubahan peradaban dengan cara berfikir manusia terdapat hubungan timbal balik.

1.2       Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1.2.1  Apa pengertian filsafat tersebut?
1.2.2   Apa saja cabang-cabang filsafat?
1.2.3   Apa saja aliran-aliran dalam filsafat?

1.3       Tujuan                                                                                                           
            Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan sebagai berikut:
                        1.3.1   Untuk mengetahui pengertian filsafat tersebut.
1.3.2.  Untuk mengetahui apa saja cabang-cabang filsafat.
1.3.3   Untuk mengetahui apa saja aliran-aliran dalam filsafat.

1.4       Manfaat
Manfaat yang didapat dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.4.1  Sebagai bahan masukan bagi pembaca untuk menambah pengetahuan tentang pengertian filsafat tersebut.
1.4.2.  Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk bisa mengetahui cabang-cabang filsafat dan aliran-aliran dalam filsafat.




BAB II
LANDASAN TEORI

2.1       Hakekat  Filsafat
                        Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan shopia (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Plato menyebut Socrates sebagai philosophos (filosof) dalam pengertian pencinta kebijaksanaan. Kata falsafah merupakan arabisasi yang berarti pencarian yang dilakukan oleh para filosof. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal dan hukumnya. Manusia filosofis adalah manusia yang memiliki kesadaran diri dan akal sebagaimana ia juga memiliki jiwa yang independen dan bersifat spiritual.  Sebelum Socrates ada satu kelompok yang menyebut diri mereka sophist (kaum sofis) yang berarti cendekiawan. Secara umum filsafat berarti upaya manusia untuk memahami segala sesuatu secara sistematis, radikal, dan kritis. Berarti filsafat merupakan sebuah proses bukan sebuah produk. Maka proses yang dilakukan adalah berpikir kritis yaitu usaha secara aktif, sistematis, dan mengikuti prinsip-prinsip logika untuk mengerti dan mengevaluasi suatu informasi dengan tujuan menentukan apakah informasi itu diterima atau ditolak. Dengan demikian filsafat akan terus berubah hingga satu titik tertentu (Takwin, 2001). Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.  

2.2       Ciri-Ciri Pemikiran Filsafat
                        Adapun ciri-ciri atau karakteristik berfikir filsafat yaitu :
1.        Sifat komprehensif (menyeluruh) artinya seseorang ilmuwan tidak akan pernah puas jika hanya mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin tahu hakikat ilmu dari sudut pandang lain, kaitannya dengan moralitas, serta ingin yakin apakah ilmu ini akan membawa kebahagian dirinya. Hal ini akan membuat ilmuwan tidak merasa sombong dan paling hebat. Di atas langit masih ada langit. contoh: Socrates menyatakan dia tidak tahu apa-apa.
2.        Sifat mendasar (radikal) yaitu sifat yang tidak saja begitu percaya bahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu itu benar? Bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria tersebut dilakukan? Apakah kriteria itu sendiri benar? Lalu benar sendiri itu apa? Seperti sebuah pertanyaan yang melingkar yang harus dimulai dengan menentukan titik yang benar.
3.        Spekulatif artinya apa yang diselidiki filsafat didasarkan pada dugaan-dugaan yang masuk akal dan tidak berdasarkan bukti empiris. Ini bukan berarti bahwa dugaan filsafat tidak ilmiah, tapi pemikiran filsafat memang tidak termasuk dalam lingkup kewenangan ilmu khusus.
4.        Sistematis artinya dalam menjawab suatu permasalahan, digunakan pendapat-pendapat sebagai wujud dari proses berpikir filsafat. Pendapat-pendapat itu harus saling berhubungan secara, dan mempunyai maksud atau tertentu.
5.        Bebas artinya setiap manusia adalah hasil pemikiran yang bebas. Bebas dari prasangka-prasangka sosial. historis, kultural, ataupun religius.
2.3       Ajaran-Ajaran Filsafat
                        Beberapa ajaran filsafat yang  telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu adalah:
1.          Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam semesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan materialisme humanistis.
2.          Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme objektif.
3.          Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia materi murupakan hakitat yang asli dan abadi.
4.          Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan minusia.
2.4       Manfaat Filsafat
            Manfaat filsafat dalam kehidupan adalah :
1.   Sebagai dasar dalam bertindak.
2.   Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
3.   Untuk mengurangi salah paham dan konflik.
4.   Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.
2.5       Objek Filsafat
            Objek filsafat dibagi menjadi dua yaitu :     
A.    Objek material filsafat yaitu segala sesuatu yang menjadi masalah filsafat , segala sesuatu yang dimasalahkan oleh atau dalam filsafat. Tiga persoalan pokok :
1)   Hakikat Tuhan
2)   Hakikat Alam
3)   Hakikat Manusia
B.    Objek formal filsafat adalah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai keakarnya) tentang obyek materi filsafat.




BAB III
PEMBAHASAN

3.1       Pengertian Filsafat
                              Dari segi etimologi, istilah filsafat berasal dari dua suku kata dalam bahasa Yunani kuno, yaitu phile atau philos yang berarti cinta atau sahabat, dan sophia atau sophos yang berarti kebijaksanaan atau kebenaran. Kedua suku kata tersebut membentuk kata majemuk philosophia. Dari bahasa Arab (falsafah), Inggris (philosophy), Jerman, Belanda dan Perancis (philosophie). Dengan demikian, berdasarkan asal usul philosophia (Latin) berarti cinta kepada kebijaksanaan atau sahabat kebijaksanaan. Dengan kata lain, filsafat adalah mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana. Karena istilah philosophia dalam bahasa Indonesia identik dengan istilah filsafat, maka untuk orangnya, yaitu orang yang mencintai kebijaksanaan disebut filsuf. Menurut Ciceros (106-43 SM), penulis Romawi orang yang pertama memakai kata-kata filsafat adalah Phytagoras (497 SM), sebagai reaksi terhadap cendikiawan pada masanya yang menamakan dirinya "Ahli pengetahuan", Phytagoras mengatakan bahwa pengetahuan dalam artinya yang lengkap tidak sesuai untuk manusia. Setiap orang yang mengalami kesukaran-kesukaran dalam memperolehnya dan meskipun menghabiskan seluruh umurnya, namun ia tidak akan mencapai tepinya. Jadi pengetahuan adalah perkara yang kita cari dan kita ambil sebagian darinya tanpa mencakup keseluruhannya. Oleh karena itu, maka kita bukan ahli pengetahuan, melainkan pencari dan pencinta pengetahuan.
            Beberapa para ahli filsafat mengemukakan pendapat mereka mengenai pengertian filsafat yaitu :
a.        Plato (427 - 348 SM) seorang filsuf Yunani yang termasyur murid Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).
b.        Aristoteles (382 - 322 SM) mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).
c.        Marcus Tullius Cicero (106 - 43SM) politikus dan ahli pidato Romawi, merumuskan: Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya.
d.        Al-Farabi (meninggal 950 M), filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina, mengatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
e.        Immanuel Kant (1724 - 1804), yang sering disebut raksasa pikir Barat, mengatakan filsafat itu ialah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu:
§  Apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika)
§  Apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika)
§  Sampai di manakah harapan kita? (dijawab oleh agama)
§  Apakah yang dinamakan manusia? ( dijawab oleh antropologi )
f.         Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar psikologi UI, menyimpulkan filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang radikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal.
g.        Drs. H. Hasbullah Bakry merumuskan bahwa filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
h.        Notonagoro berpendapat bahwa filsafat itu menelaah hal-hal yang menjadi objeknya dari sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam.
i.         Decrates (1596 - 1650), filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya.
j.         Harun Nasution, filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tak terikat tradisi, dogma, atau agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai kedasar-dasar persoalan.
k.        D.C. Mulder mengemukakan pendapatnya bahwa filsafat itu adalah suatu pemikiran teoritis tentang susunan kenyataan sebagai satu keseluruhan.
l.         Fung Yu Lan, bahwa filsafat adalah pikiran yang sangat sistematis dan refleksif.
m.      I.R Poedjawijatna, berpendapat filsafat ialah ilmu yang berusaha untuk mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka.
                        Yang menjadi persamaan dari semua para ahli tentang filsafat yaitu sebuah ilmu untuk menyelidiki segala sesuatu secara mendalam. Sedangkan perbedaannya adalah kalau menurut plato dan Aristoteles, filsafat adalah ilmu pengetahuan untuk mengetahui nilai kebenaran tentang segala sesuatu. Sedangkan menurut yang lainnya bahwa filsafat itu adalah ilmu untuk memahami atau mendalami secara radikal dan integral serta sistematis hakikat Tuhan, hakikat alam semesta, hakikat manusia. Perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan konotasi filsafat yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan pandangan hidup yang berbeda serta akibat perkembangan filsafat itu sendiri.
            Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah ilmu yang menggambarkan usaha manusia untuk mencari dan menemukan kebenaran atau kenyataan baik yang mengenai diri sendiri maupun segala sesuatu yang dijadikan objeknya.

3.2       Cabang - Cabang Filsafat
            Ada beberapa cabang-cabang filsafat  yaitu :
a)            Metafisika
                        Dilihat dari asal katanya, metafisika berasal dari bahasa Yunani yaitu meta dan physika yang artinya sesuatu yang ada di belakang atau di balik benda-benda fisik. Jadi metafisika adalah salah satu cabang filsafat yang mempelajari dan memahami mengenai penyebab adanya segala sesuatu sehingga hal tertentu menjadi ada.
b)               Epistemologi (Teori Pengetahuan)
                              Ditinjau dari asal katanya, epistemologi berasal dari bahasa Yunani yaitu episteme yang berarti pengetahuan, dan logos yang berarti teori. Jadi epistemologi adalah cabang filsafat yang bersangkut paut dengan teori pengetahuan yang meliputi bentuk pengenalan dasar pengetahuan, hakekat, dan nilai-nilainya.
c)            Logika
                        Ditinjau dari asal katanya, logika berasal dari bahsa Yunani yaitu logos yang berarti kata, nalar, teori, atau uraian. Sehingga logika dapat didefinisikan sebagai ilmu, kecakapan, atau alat untuk berfikir secara lurus.
d)           Etika (Filsafat Moral)
                        Dilihat dari asal katanya, istilah etika berasal dari urat kata ethos yang berarti watak, sehingga etika merupakan cabang filsafat yang berbicara mengenai tindakan manusia dalam kaitannya dengan tujuan hidupnya. Dalam etika ini membahas baik-buruknya atau benar-tidaknya tingkah laku dan tindakan manusia itu, serta menyelidiki kewajiban-kewajiban manusia.
e)            Estetika (Filsafat Seni)
                              Ditinjau dari asal katanya, estetika berasal dari bahasa Yunani yaitu aisthetika yang berarti hal-hal yang dapat diserap dengan indra. Jadi estetika merupakan ranting filsafat yang membicarakan tentang seni atau keindahan, bukan hanya sebagai karya seni belaka, tetapi juga sebagai kegiatan seninya.

3.3       Aliran - Aliran Filsafat
Ada tiga aliran-aliran filsafat dalam berbagai persoalan-persoalan yaitu :
a.      Aliran-Aliran Filsafat dalam Persoalan Keberadaan (Ontologi Ilmu)
                        Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu yang berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi adalah bidang pokok filsafat yang mempersoalkan hakikat keberadaan segala sesuatu yang ada menurut tata hubungan sistematis berdasarkan hukum sebab akibat yaitu ada manusia, ada alam, dan ada kuasa prima dalam suatu hubungan yang menyeluruh, teratur, dan tertib dalam keharmonisan. Kata ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636 M. Ontologi meliputi hal-hal yang berkaitan dengan hakekat ilmu, hakekat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat.  


b.     Aliran-Aliran Filsafat dalam Persoalan Pengetahuan (Epistemologi Ilmu)
Istilah epistemologi berasal dari bahasa Yunani Kuno, dengan asal kata episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti teori, secara etimologi, epistemologi berarti teori pengetahuan. Epistemologi merupakan cabang filsafat yang membahas tentang asal, struktur, metode, serta keabsahan pengetahuan. Menurut Lengeveld (1961) epistemologi membicarakan hakikat pengetahuan, unsur-unsur dan susunan berbagai jenis pengetahuannya pangkal tumpuannya yang fundamental, metode-metode dan batasannya.
c.      Aliran-Aliran Filsafat dalam Persoalan Nilai-Nilai (Aksiologi Ilmu)
Aksiologi meliputi nilal‑nilai (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau ke­nyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik‑material. Nilai adalah sesuatu yang berharga, yang diidamkan oleh setiap insan. Nilai yang dimaksud adalah :
a.    Nilai jasmani : nilai yang terdiri atas nilai hidup, nilai nikmat, dan nilai guna.
b.   Nilai rohani : nilai yang terdiri atas nilai intelek, nilai estetika, nilai etika, dan nilai religi.
Untuk lebih mengenal apa yang dimaksud dengan aksiologi, penulis akan menguraikan bebrapa definisi tentang aksiologi, diantaranya :
1.   Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah “teori tentang nilai”.
2.   Sedangkan arti  aksiologi yang terdapat dalam bukunya Jujun S.
 Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer bahwa aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S. Suriasumantri:1999:234).
3.   Menurut Bramel, aksiologi yang terdapat dalam tiga bagian. Pertama, moral conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yakni etika. Kedua, esthetic expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan. Ketiga, sosio-political life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosio-politik.
Dari definisi-definisi mengenai aksiologi diatas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan yang utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimilki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang didalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika.
Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat kalau dikatakan bahwa objek formal etika adalah norma-norma kesusilaan manusia, dan dapat dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjaudari segi baik dan tidak baik dalam suatu kondisi yang melibatkan norma-norma. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimilki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.
Nilai itu subjektif ataukah objektif adalah sangat tergantung dari hasil pandangan yang muncul dari filsafat. Nilai akan menjadi subjektif, apabila subjek sangat berperan dalam segala hal, kesadaran manusia menjadi tolak ukur segalanya atau eksistensinya, maknanya dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis ataupun fisis. Dengan demikian, nilai subjektif akan selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan, intelektualitas dan hasil nilai subjektif selalu akan mengarah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.



BAB IV
PENUTUP

4.1       Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
4.1.1      Filsafat adalah ilmu yang menggambarkan usaha manusia untuk mencari dan menemukan kebenaran atau kenyataan baik yang mengenai diri sendiri maupun segala sesuatu yang dijadikan objeknya.
4.1.2      Beberapa cabang-cabang filsafat yaitu metafisika, epistemologi, logika, etika, dan estetika.
4.1.3      Aliran-aliran filsafat ada tiga yaitu sebagai berikut :
a.  Aliran-Aliran Filsafat dalam Persoalan Keberadaan (Ontologi Ilmu)
           Ontologi adalah bidang pokok filsafat yang mempersoalkan hakikat keberadaan segala sesuatu yang ada menurut tata hubungan sistematis berdasarkan hukum sebab akibat yaitu ada manusia, ada alam, dan ada kuasa prima dalam suatu hubungan yang menyeluruh, teratur, dan tertib dalam keharmonisan.
b.  Aliran-Aliran Filsafat dalam Persoalan Pengetahuan (Epistemologi Ilmu)
           Epistemologi merupakan cabang filsafat yang membahas tentang asal, struktur, metode, serta keabsahan pengetahuan.
c.  Aliran-Aliran Filsafat dalam Persoalan Nilai-Nilai (Aksiologi Ilmu)
                      Aksiologi meliputi nilal‑nilai (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau ke­nyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik‑material.
4.2       Saran
            4.2.1      Diharapkan agar masyarakat dapat memahami maksud dari makalah ini dan bisa menambah pengetahuan tentang pengertian filsafat.
4.2.2      Diharapkan masyarakat dapat mengetahui apa saja cabang-cabang filsafat dan aliran-aliran filsafat itu.

DAFTAR PUSTAKA

Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999
Usiono. Aliran-aliran Filsafat Pendidikan, Medan: Perdana Publishing, 2006.
Suparlan Suhartono. Filsafat Pendidikan 2007. Yogyakarta: Kelompok Penerbit Ar Ruzz Media.






















                                                                                                                     
  FF

0 komentar:

Posting Komentar

DRAFT KU