Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Pages

Sabtu, 17 November 2012

MAKALAH Tokoh Pendidikan Agama Hindu








BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang
                        Setiap anak manusia yang terlahir ke dunia, untuk dapat mengarungi kehidupannya dengan wajar, membutuhkan pendidikan. Sederhananya, setiap anak pasti membutuhkan latihan-latihan tertentu untuk sekedar dapat berjalan, membutuhkan latihan-latihan tertentu pula untuk dapat mengenali lingkungan tempat tinggalnya. Seluruh rangkaian latihan-latihan itulah yang disebut pendidikan. Oleh sebab itulah, pendidikan menjadi sangat penting bagi kehidupan suatu manusia, terlebih bagi manusia yang hidup di era globalisasi.
                        Semenjak awal konsep mengenai pendidikan telah banyak dibicarakan oleh banyak tokoh dan sekaligus telah diaplikasikan, namun uniknya hingga sekarang, pendidikan masih menyisakan masalah-masalah yang perlu dikaji ulang secara serius. Uniknya lagi, pendidikan yang berlangsung di berbagai tempat dalam kurun waktu tertentu memiliki permasalahan tersendiri. Di negara kita sendiri (Indonesia) misalnya, kasus KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) yang bermunculan di berbagai media, pelakunya ialah “orang-orang terdidik”. Seolah masyarakat telah sepakat untuk meyakini bahwa fasilitas istimewa dari negara hanya dapat dinikmati oleh mereka yang dapat mengaksesnya, mereka itulah “orang-orang terdidik”. Dengan demikian pendidikan yang awalnya memiliki tujuan mulia, kini mulai dipertanyakan ulang.
                        Seiring dengan itu, penulis pun hendak melontarkan pertanyaan sederhana: pendidikan semacam apakah yang dibutuhkan oleh manusia? Setelah direnungkan, ternyata pertanyaan sesingkat itu akan memicu pembahasan yang tidak sederhana, secarik makalah semacam ini bukan media yang tepat untuk menjawab pertanyaan sesingkat itu. Namun penulis tidaklah berkecil hati, mengingat bahwa perjalanan panjang ribuan mil pasti selalu diawali dengan selangkah demi selangkah. Bila problematika pendidikan yang, seolah tak terbatas, dianalogikan dengan perjalanan panjang bermil-mil maka kehadiran makalah ini bagaikan sebuah langkah kecil di dalamnya. Lebih lanjut, dalam pemaparan makalah singkat ini penulis hendak menghadirkan sebuah gagasan pendidikan dari tokoh pergerakan kemerdekaan.

1.2       Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1.2.1    Siapa saja tokoh-tokoh pendidikan Agama Hindu?
1.2.2    Bagaimana uraian singkat mengenai pendidikan menurut tokoh-
tokoh pendidikan Agama Hindu tersebut?

1.3       Tujuan Penulisan                                                                                          
Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan sebagai berikut:
                        1.3.1    Untuk mengetahui tokoh-tokoh pendidikan Agama Hindu.
1.3.2  Untuk mengetahui uraian singkat mengenai pendidikan menurut tokoh-tokoh pendidikan Agama Hindu tersebut.

1.4       Manfaat Penulisan
            Manfaat yang didapat dari karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1.4.1   Sebagai bahan masukan bagi pembaca untuk menambah pengetahuan tentang tokoh-tokoh pendidikan Agama Hindu.
1.4.2  Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk bisa mengetahui uraian singkat mengenai pendidikan menurut tokoh-tokoh pendidikan Agama Hindu tersebut.




BAB II
PEMBAHASAN
2.1       Pendidikan Menurut Mahatma Gandhi
                        Menyebut nama Gandhi, artinya kita sedang menyebut sesosok pribadi sederhana dan unik. Sepak terjangnya memang tidak dapat dipisahkan dari tempat kelahirannya, yakni India. Lahir (2 Oktober 1869 di Porbandar) dan matinya (30 Januari 1948 di New Delhi) untuk sesuatu yang dicintainya. Gandhi adalah salah seorang yang paling penting yang terlibat dalam Gerakan Kemerdekaan India, seorang aktivis yang tidak mau menggunakan kekerasan (Ahimsa), yang mengusung gerakan kemerdekaan melalui aksi demonstrasi damai.
Sebagian sejarawan mencatat bahwa dari sekian banyak kisah perjuangan dan revolusi, hampir sebagian besarnya merupakan aksi massa. Suatu aksi yang melibatkan kumpulan massa dalam satu tindakan fisik sebagai bargaining position dengan pihak lawan. Sebagian besarnya adalah aksi-aksi massa yang turun ke jalan sebagai bentuk show of force dalam suatu tahapan perjuangan. Namun berbeda dengan konsep perjuangan yang digagas oleh Gandhi. Ide-ide gagasannya merupakan semacam seruan tentang Ahimsa (nir-kekerasan), Satyagraha (keteguhan berpegang pada kebenaran) dan Swadeshi (gerakan cinta produksi dalam negeri). Seruan-seruan demikian bisa dikatakan sangat jauh dengan konsep perjuangan aksi massa sebagaimana lazimnya. Memang bagi banyak orang, gagasan semacam itu justru tidak populis dan tidak sesuai dengan tujuan perjuangan yaitu tercapainya swaraj (kemerdekaan).
            Memulai perjuangannya semenjak persentuhannya dengan rakyat India di Afrika Selatan, secara perlahan Gandhi mengokohkan diri sebagai salah satu tokoh perjuangan India yang cukup besar. Begitupun saat dia telah kembali tinggal di India. Mulai penolakannya terhadap serangkaian UU ataupun RUU buatan Inggris yang merugikan dan bahkan menindas warga India. Tahun 1920, tercatat bahwa ketokohan Gandhi di bidang politik sangat dominan. Berbagai pembaruan dilakukannya antara lain mengubah Kongres Nasional India (India National Congress) yang tadinya sebuah partai kaum elit dan eksklusif kini menjadi partai massa. Dukungan pada Gandhi dalam wadah ini mengakar sampai ke pelosok desa dan seluruh penjuru perkotaan India. Gandhi meyakini bahwa metode yang diterapkan dalam perjuangannya terkait erat dengan tujuan yang ingin dicapai, yakni Swaraj (kemerdekaan), Tujuan bersama seluruh masyarakat India tersebut, dalam hal ini mengandung makna sebagai truth (kebenaran), yaitu suatu kebenaran obyektif, kebenaran kolektif yang akan dicapai sebagai cita-cita bersama. Hal ini tentu tidak akan pernah terwujud dan tercapai melalui metode-metode yang senyatanya bertentangan dengan semangat truth tersebut, yaitu perpecahan antara umat Hindu dan umat Islam sebagai sesama waga India yang terikat dalam satu kesatuan bangsa. Perpecahan ini dimaknai Gandhi sebagai bentuk non-truth (ketidakbenaran) yang tentu saja bertentangan samangat truth dalam swaraj, yang secara otomatis membuat swaraj sebagai cita-cita bersama tidak akan pernah terwujud.
Suatu kehidupan yang tidak mempunyai akar, yang tidak memiliki latar belakang mendalam, adalah suatu kehidupan yang dangkal. Begitulah kehidupan Gandhi yang berakar dalam tradisi Hindhu yang amat mementingkan pencarian kebenaran secara sungguh-sungguh, menghormati kehidupan, bercita-cita membebaskan diri dari cengkeraman hawa nafsu untuk mencapai moksa (pencerahan). Sepanjang hidup, Gandhi senantiasa berjuang sekuat jiwa-raganya untuk mewujudkan nilai-nilai kebenaran yang yakininya. Gandhi menambahkan bahwa semua kegiatan yang dilakukannya bersumber pada cinta kasihnya yang kekal kepada kemanusiaan. Gandhi tidak mengenal perbedaan antara kaum keluarga dan orang luar, orang sebangsa dan orang asing, berkulit putih maupun berwarna. Lebih lanjut menurut keyakinannya, semua anak manusia bersaudara dan janganlah manusia yang satu merasa asing dengan lainnya. Kebahagiaan semua manusia ialah tujuan hidupnya, juga menjadi tujuan hidup semua manusia.
            Gandhi menyampaikan bahwa yang dimaksudkan dengan pendidikan ialah menampilkan sifat-sifat terbaik secara menyeluruh yang ada dalam kepribadian seseorang anak atau manusia yaitu tubuh, akal, dan jiwa. Kepandaian membaca dan menulis bukan merupakan tujuan akhir, bahkan bukan juga tujuan awal dari pendidikan. Kepandaian membaca dan menulis, bukan merupakan pendidikan. Maka bila pendidikan seorang anak dinilai dengan mengajar suatu cabang kerajinan tangan dan memungkinkan murid itu menghasilkan barang dari saat awal pendidikannya. Sebagai tokoh pergerakan nasional India saat itu, Gandhi menekankan bahwa setiap manusia harus mandiri. Selanjutnya Gandhi menegaskan bahwa pendidikan yang sempurna ialah pendidikan yang mampu membangkitkan sifat-sifat diri kita sendiri yang terbaik. Pernyataan tersebut tampak sangat serasi bila disandingkan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 yang menurutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
            Konsep ahimsa (anti kekerasan) yang dijadikan sebagai metode utama dalam perjuangan Gandhi misalnya, tidak dilakukan atas dasar ketidakberdayaan melainkan sebuah keputusan sadar bahwa kekerasan tidak bisa dilawan dengan kekerasan. Keputusan untuk menempuh jalan damai semacam itu bukan suatu keputusan yang mudah sebab harus dibarengi dengan cara-cara cerdas, terutama bila bahaya kekerasan sedang mengancam diri sendiri.
            Selain itu setiap lembaga pendidikan pun diupayakan untuk melakukan swasembada alias tidak menggantungkan diri pada pemerintah. Hal tersebut bertujuan supaya kegiatan pendidikan tidak diintervensi oleh pemerintah, sekaligus akan leluasa bila melakukan kritik terhadap pemerintah. Lembaga pendididkan pun berkewajiban mendidik serta menyediakan fasilitas bagi siswa-siswinya supaya menjadi ahli-ahli tertentu sesuai bakat alamiahnya. Dengan demikian kahlian mereka dapat dimanfaatkan untuk memajukan kesejahteraan umum, bukan malah sebaliknya. Mengenai biaya pendidikan, Gandhi mengusulkan supaya biayanya ditanggung bersama (oleh lembaga dan siswa-siswinya) secara adil dan merata.
            Memanusiakan manusia, bagi Gandhi, tidak cukup hanya dengan mengoptimalisasi daya nalarnya sebab tanpa akal budinya manusia menjadi bukan manusia. Pengetahuan diperoleh manusia melalui pencerapan terhadap sebuah pengalaman ataupun dengan sebuah realita dalam kehidupan. Pengetahuan adalah hasil aktivitas tertentu, namun pendidikan yang baik juga harus dibarengai dengan sikap mental yang baik alias bermoral.        

2.2       Pendidikan Menurut Dr. Davis Frawley
                        Dr. David Frawley adalah salah satu dari sedikit orang Barat yang pernah diakui di India sebagai Vedacharya atau guru dari kebijaksanaan kuno. Pada tahun 1991 di bawah naungan guru besar India, Avadhuta Shastri, ia diangkat Vamadeva Shastri, setelah Vamadeva Rishi Veda yang besar. Pada tahun 1995 ia diberi gelar Pandit bersama dengan penghargaan Vishwanathji Brahmacari di Mumbai untuk pengetahuan tentang ajaran Weda. Selama bertahun-tahun Vamadeva telah menerima banyak penghargaan dan kehormatan untuk karyanya dari seluruh India. Beliau membawa banyak cara Veda khusus pengetahuan (vidyas), yang ditempuhnya pada siswa di India dan di Barat. Pengetahuan yang luas berakar pada pengaruh kehidupan intuitif dan masa lalu, karena lebih daripada yang dapat diperoleh dalam pengalaman hidup tunggal, meskipun beliau telah mempelajari teks tradisional dan dengan banyak guru. Di India, Vamadeva diakui tidak hanya sebagai Vedacharya (guru Weda), tetapi juga sebagai Puranic Vaidya (dokter Ayurvedic), Jyotishi (astrolog Veda), (sejarawan Weda) dan Yogi, sebuah prestasi langka bagi seorang Amerika yang lahir di Wisconsin. Dia sekarang menjadi dosen tamu untuk Vivekananda Yoga Kendra di Bangalore, India, pemerintah dianggap disetujui universitas untuk yoga dan studi Weda dan juga guru dengan Sringeri Shankaracharya Math, yang paling sentral dari pusat Vedanta tradisional di India.
                        Vamadeva melihat perannya sebagai membantu untuk menghidupkan kembali pengetahuan Veda pendekatan interdisipliner untuk usia planet. Dia melihat dirinya sebagai guru dan penerjemah untuk membantu memberdayakan orang untuk menggunakan sistem Veda untuk meningkatkan kehidupan mereka. Dia melihat kebijaksanaan Veda sebagai alat untuk pembebasan roh, bukan sebagai dogma yang mengikat orang atau untuk mengambil alih kekuasaan atas mereka. Pengetahuan Veda merupakan sarana berkomunikasi dengan alam sadar dan belajar untuk mewujudkan dalam kehidupan kita sendiri dan persepsi. Meskipun Vamadeva telah bekerja di bidang yang berbeda, yang dapat sulit dan menakutkan, ia telah berupaya untuk mendekati masing-masing dengan banyak kekhususan dan presisi.
2.3       Pendidikan Menurut Adi Shankaracarya
                        Seorang cendekiawan atau penulis Hindu ternama pernah berkata tentang Adi Shankara-Acharya : "Beliau adalah bintang paling cemerlang di langit Sanatana Dharma". Itu karena karya Beliau yang sangat menakjubkan dalam sejarah hidupnya yang singkat (meninggal pada usia 30-an tahun). Saat beliau lahir, hampir seluruh India telah beragama Buddha. Adi Sankara, seorang Brahmana remaja dengan kecerdasan yang istimewa, menuntaskan pendidikan Vedanya, pada pertengahan usia belasan tahun, dan diminta oleh Guru Beliau untuk berkelana membabarkan Dharma.
                        Beliau melaksanakannya, dengan mengunjungi para pemuka agama, baik Hindu maupun Buddha, untuk mengundang para arif bijaksana tersebut dalam debat Dharma. Dengan perjanjian, bahwa yang kalah akan menjadi murid sang pemenang. Demikianlah, Beliau memulai perjalanan yang berlangsung selama belasan tahun, yang disebut Digvajaya. Perjalanan yang penuh dengan kejayaan.
                        Saat Beliau berpulang di usia sangat muda, Beliau telah mengembalikan putra-putri India kepangkuan Sanatana Dharma. Wajah masyarakat Hindu kembali penuh kecermelangan, karena Tuhan telah mengkaruniai seorang Adi Shankaracarya di dunia ini.

2.4       Pendidikan Menurut I Ketut Bangbang Gde Rawi
                        Beliau adalah pelopor kalender Bali. Berkat jasa Beliau, setiap keluarga Hindu Bali di perantauan bisa tetap mengikuti hari-hari suci, yang ditetapkan berdasarkan kalender Jawa - Bali. Kalender Jawa - Bali di tetapkan bersadarkan wewaran (dari ekawara sampai sapta wara). Di Jawa, saat ini yang tetap terkenal adalah Pancawara : Legi (umanis), Pahing (Paing), Pon, Wage, Kliwon. Di Bali, Saptawara juga sangat dikenal (Redite, Soma, Anggara, Buda, Wrhaspati, Sukra, Saniscara). Diterjemahkan ke kalender internasional : Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu.
                        Saat ini, berbagai penulis kalender Bali, telah mengikuti jejak Beliau. Bapak I Ketut Bangbang Gde Rawi, adalah sang pelopor. Kecintaannya pada sistem kalender Bali, telah mempermudah kehidupan beragama umat Hindu Bali di perantauan. Wajah beliau menghiasi kalender Bali, yang terpampang di ruang keluarga, mulai dari rumah petani di desa, di kaki gunung Batur, sampai di rumah guru gamelan Bali di Washington DC.

2.5       Pendidikan Menurut Swami Chinmayananda
                        Swami Chinmayananda, putra seorang pengacara di India, di masa penjajahan Inggris. Saat kecil beliau bertumbuh sebagai anak yang religius dan rajin sembahyang. Saat dewasa, sebagai wartawan muda, beliau terlibat dalam gerakan anti penjajahan sehingga di penjara. Hampir meninggal dalam penjara, tetapi beliau dikeluarkan, dan diselamatkan jiwanya oleh seorang Ibu kaya, yang putranya mirip dengan wajah beliau.
                        Beliau melanjutkan karir sebagai wartawan, dan sempat mengalami keguncangan rohani, bahkan sempat mengalami tidak peduli dengan Tuhan. Sampai akhirnya Beliau bertemu Swami Sivananda, dan terdorong untuk kembali ke pangkuan Sanatana Dharma. Beliau akhirnya memutuskan untuk menjadi Brahmacari dan belajar Weda dari seorang Rsi yang tinggal di sebuah gubug kecil di Himalaya. Setelah lulus dalam pendidikannya, beliau baru menyadari bahwa umat Hindu pada umumnya buta akan pengetahuan agamanya sendiri.
                        Beliau lalu memohon kepada Gurunya (Swami Tapovan), untuk mengajarkan Weda kepada masyarakat awam, dalam bahasa awam. Permohonan beliau pada mulanya ditolak oleh Gurunya, dengan alasan bahwa Weda hanya diajarkan kepada mereka yang mencari Weda. Kini, berkat jasa beliau, pelajaran-pelajaran Agama Hindu tersedia di berbagai Chinmaya Centre di berbagai penjuru dunia. Para sukarelawan telah meneruskan jejak beliau, dan berkarya dengan cara menerjemahkan kitab-kitab suci Hindu (terutama Upanisad dan Bhagavadgita) ke dalam berbagai buku.

2.6       Pendidikan Menurut Putu Setia

Di masa mudanya, Beliau adalah wartawan muda berbakat yang berkarya di Majalah Tempo. Kecintaan dan kesetiaannya pada umat Hindu, membuat beliau mencurahkan bakat dan karya Beliau dalam bidang Jurnalisme tentang Hindu Indonesia.
                        Perspektif  beliau yang luas dan kebijaksanaan yang beliau peroleh dari banyaknya membaca sejarah, membuat Beliau menolak apabila Hindu hanya dikemas dengan kemasan Kultur Bali. Meskipun beliau adalah putra Bali sejati, namun kearifan beliau telah menyadarkan banyak putra-putri Bali lainnya, bahwa Agama Hindu di Nusantara adalah majemuk. Beliau berkeyakinan bahwa para putra-putri Bali tidak selayaknya terlalu memaksakan ritual Bali, bagi penganut Agama Hindu dari suku budaya yg berbeda.

2.7       Pendidikan Menurut Pramukh Swami Maharaj

          Beliau saat ini adalah pemimpin spiritual dalam denominasi Hindu Waisnawa, atau lebih tepatnya dalam sub-denominasi SWAMINARAYAN. Meskipun kelahiran India, namun Beliau benar-benar tokoh Hindu Internasional, yang memberikan kebanggaan luar biasa bagi umat Hindu di London. Pura Swaminarayan di London, adalah salah satu keajaiban kota London, dan salah satu kebanggaan kota London. Beliau juga mendirikan pura yang serupa, di Toronto-Canada, yang peresmiannya dihadiri oleh Perdana Menteri Canada. Beliau adalah pembangun pura modern yang luar biasa. Antara lain, pura modern terbesar di New Delhi, yang bernama Akshardam Mandir.
            Pramukh Swami Maharaj adalah penerus spiritual kelima Bhagwan Swaminarayan dan pemimpin sekarang Bochasanwasi Shri Akshar Purushottam Swaminarayan Sanstha. Dia memimpin kehidupan yang keras selibat seumur hidup, tanpa kekayaan pribadi atau kenyamanan. Mewakili esensi dari agama Hindu, belas kasih-Nya bagi manusia, kearifan universal dan kesederhanaan yang mencolok telah menyentuh banyak pemimpin dunia agama dan nasional. Tapi yang paling penting adalah tenang, cinta terganggu bagi Allah yang naik melampaui semua batas bangsa, ras dan agama. Bahkan setelah menciptakan sebuah kerajaan spiritual internasional ratusan mandirs, ribuan pusat dan lebih dari satu juta pengikut, Anda akan selalu menemukan Swamiji asyik dalam doa.



BAB III
PENUTUP

3.1       Simpulan
            Berdasarkan pembahasan di atas, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
3.1.1    Mahatma Gandhi lahir di Gujarat, India pada tanggal 2 Oktober 1869 sebagai sosok pemimpin yang spiritual dan politikus dari India. Nama asli beliau adalah Mohandas Karamchand Gandhi. Beliau terkenal dengan ajarannya yaitu Ahimsa (tanpa kekerasan).
3.1.2    David Frawley adalah salah satu dari orang Barat yang pernah diakui di India sebagai Vedacharya atau guru dari kebijaksanaan kuno. Pada tahun 1995 diberi gelar Pandit bersama dengan penghargaan Vishwanathji Brahmacari di Mumbai untuk pengetahuan tentang ajaran Weda.
3.1.3    Adi Shankaracarya adalah bintang paling cemerlang di langit Sanatana Dharma, karena karya Beliau yang sangat menakjubkan dalam sejarah hidupnya yang singkat. Beliau pernah  diminta oleh Guru beliau untuk berkelana membabarkan Dharma.
3.1.4    I Ketut Bangbang Gde Rawi adalah pelopor kalender Bali. Berkat jasa Beliau, setiap keluarga Hindu bali di perantauan bisa tetap mengikuti hari-hari suci, yang ditetapkan berdasarkan kalender Jawa - Bali.
3.1.5    Swami Chinmayananda adalah putra seorang pengacara di India, yang melanjutkan karir sebagai wartawan, dan sempat mengalami keguncangan rohani, bahkan sempat mengalami tidak peduli dengan Tuhan.
3.1.6    Putu Setia adalah wartawan muda berbakat yang berkarya di Majalah Tempo. Kecintaan dan kesetiaannya pada umat Hindu, membuat beliau mencurahkan bakat dan karya Beliau dalam bidang Jurnalisme tentang Hindu Indonesia.
3.1.7      Pramukh Swami Maharaj adalah pemimpin spiritual dalam denominasi Hindu Waisnawa, atau lebih tepatnya dalam sub-denominasi SWAMINARAYAN. Meskipun kelahiran India, namun Beliau benar-benar tokoh Hindu Internasional, yang memberikan kebanggaan luar biasa bagi umat Hindu di London.
3.2       Saran
            3.2.1      Diharapkan agar masyarakat dapat memahami maksud dari makalah ini dan bisa menambah pengetahuan tentang tokoh-tokoh pendidikan Agama Hindu.
3.2.2      Diharapkan masyarakat dapat mengetahui uraian singkat mengenai pendidikan menurut tokoh-tokoh  pendidikan Agama Hindu tersebut.



DAFTAR PUSTAKA
Sadulloh, Uyoh. 2011. Pengantar Filsafat pendidikan. Bandung: CV Alfa Beta
Suhartono, Suparlan. 2006. Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media





















                                                                                                                      

0 komentar:

Posting Komentar

DRAFT KU